Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gigantopithecus, Kera Besar Serupa Bigfoot

Kompas.com - 10/07/2021, 14:00 WIB
Silmi Nurul Utami,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Bigfoot merupakan makhluk legenda berupa raksasa berkaki besar dengan tubuh besar yang ditutupi dengan bulu.

Bigfoot biasanya digambarkan sejenis kera raksasa yang hidup di hutan-hutan jauh dari manusia. Bigfoot terkadang disebut dengan yeti ataupun sasquatch.

Bigfoot dianggap hanyalah isapan jempol belaka, hingga ditemukannya fosil geraham primata yang luar biasa besar. Lucunya, fosil geraham tersebut tidak ditemukan pada penggalian situs prasejarah namun di dalam sebuah apotek.

Dilansir dari Smithsonian Magazine, seorang ahli paleoantropologi asal Jerman bernama Ralph von Kuenigswald masuk ke sebuah apotek di Hong Kong dan menemukan geraham primata yang luar biasa besar untuk di jual.

Ralph kemudian meneliti geraham tersebut yang ternyata adalah fosil seekor kera besar dan dinamai dengan Gigantopithecus blacki.

Baca juga: Honey Badger, Hewan yang Tak Mengenal Rasa Takut

Gigantopithecus memiliki arti kera besar, sedangkan blacki dipakai untuk menghormati kolega Ralph yang bernama Davidson Black.

Gigantopitecus blacki adalah primata terbesar yang pernah hidup di bumi, mereka adalah bigfoot di kehidupan nyata. Rahang yang ditemukan Ralph tersebut adalah satu dari tiga spesies Gigantopithecus.

Hidup di Asia Tenggara 

Dilansir dari Thought Co, Gigantopithecus blacki adalah yang terbesar dan hidup di Asia Tenggara. Gigantopithecus bilaspurensis berasal dari enam juta tahun yang lalu dan yang ketiga adalah yang terkecil yaitu Gigantopithecus giganteus yang ukuran tubuhnya hanya setengah dari ukuran blacki.

Tubuh Gigantopithecus blacki menjulang setinggi lebih dari tiga meter dengan berat mencapai 600 kilogram, padahal gorilla saja rata-rata hanya mencapai 200 kilogram. Dilansir dari BBC, mereka adalah kerabat dekat dengan orang utan dibandingkan dengan gorilla maupun simpanse.

Mereka adalah primata dengan tinggi dua kali pria dewasa yang hidup di Asia sekitar masa miosen akhir sampai pleistosen tengah atau sekitar 12 hingga 8 juta tahun yang lalu.

Baca juga: 8 Induk Hewan yang Bersifat Pekerja Keras

Mereka memiliki gigi yang besar dan tebal, menunjukkan bahwa mereka adalah omnivora yang dapat menggiling makanan keras dan berserat.

Ukurannya yang sangat besar, membuat bigfoot jaman pleitosen ini harus makan makanan dalam jumlah yang besar juga.

Orangutan di Kebun Binatang Berlin, Jermanwikipedia.org/David Arvidsson Orangutan di Kebun Binatang Berlin, Jerman
Punah

Namun, ketika masa pleitosen kebanyakan hutan berubah menjadi sabana, hal tersebut membuat gigantopithecus kekurangan makanan.

Dilansir dari National Geographic, tubuh yang lebih besar tidak hanya membutuhkan makanan yang lebih besar, namun juga cenderung memiliki lebih sedikit anak. Kekurangan makanan dan rendahnya tingkat reproduksi inilah yang membuat Gigantopithecus blacki punah dari muka bumi.

Namun ada beberapa cryptozoologists yang percaya bahwa Gigantopithecus blacki tidak sepenuhnya punah. Mereka masih bertahan hidup dalam populasi yang kecil di Pegunungan Himalaya. Mungkin hal tersebutlah yang mendasari legend yeti manusia salju.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com