KOMPAS.com - Tari Kecak merupakan tari tradisional drama tari khas dari Bali. Tarian ini menggambarkan cerita pewayangan, khususnya Ramayanan yang disajikan dengan seni gerak dan tarian.
Tari Kecak menjadi salah satu kesenian tradisional yang masih terkenal hingga saat ini. Selain sebagai warisan budaya, tarian ini menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Bali.
Berdasarkan buku Teori Tari Bali (1980) oleh Nyoman Djayus, tari Kecak awalnya berasal dari tari sakral Sang Hyang.
Tari Sang Hyang hanya dipertunjukan pada hari-hari tertentu dalam budaya masyarakat Bali. Tari Sang Hyang adalah tarian Kerawuhan, karena pada waktu menari para penari kemasukan roh.
Baca juga: Tari Seudati, Tarian Pengikat Tali Persaudaraan di Aceh
Tari Sang Hyang disebut juga Cek atau tari Kera. Disebut tari Kera karena gerak-geriknya menyerupai gerak-gerik dan suara kera.
Kemudian pada tahun 1930-an seorang seniman Bali bernama Wayan Limbak yang bekerja sama dengan pelukis Jerman, Walter Spies menciptakan tari Kecak yang terinspirasi dari tari Sang Hyang.
Tarian ini bersifat massal dan mementingkan nyanyian bersama tanpa iringan tabuhan atau gamelan.
Tari ini biasanya menceritakan Ramayanan, dimulai dari penculikan Dewi Shinta oleh Rahwana sampai peperangan Alengkadiraja. Jalan ceritanya diambil singkat tanpa menyimpang jauh dari isi cerita seutuhnya.
Selama melakukan pertunjukan, penari menggunkan busana yang sesuai dengan peran dalam tari Kecak. Beberapa peran dalam tarian Kecak, yaitu Rama, Dewi Shinta, Rahwana (Prabu Dasamuka), dan Hanoman.
Baca juga: Ragam Gerak Tari Tunggal
Kemudian penari pengiring yang mengelilingi penari inti menggunakan celana hitam sepanjang lutut dan ditambah kain motif kotak-kotak hitam putih sebagai selendang.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan