Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Contoh Teks Drama Monolog

Kompas.com - Diperbarui 24/01/2022, 15:12 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Arum Sutrisni Putri

Tim Redaksi

Aku begitu cemas. Aku sudah memvonis orang lain adalah pembunuh. Kehidupan adalah ranjau. Dunia adalah gelanggang pembantaian.

Jalan satu-satunya adalah mengasingkan diri. Aku memperkecil hubunganku dengan siapa saja. Aku berusaha menyendiri dan juga mempersenjatai diri dengan rasa awas, was-was dan curiga terhadap segalanya.

SEBUAH KURUNGAN BESAR TURUN. MASUK KE DALAM KURUNGAN

Bahkan aku mencurigai diriku sendiri.

MEMBORGOL TANGANNYA

Siapa yang dapat menjamin, bahwa aku dapat dipercaya? Karena aku terdiri dari otak, rasa serta emosi. Kalau emosi sudah meluap, rasa akan terbakar dan otak bisa lumpuh. Dalam keadaan begitu, aku bukan manusia lagi, tapi binatang. Robot calon pembunuh!'

Setiap waktu aku dapat menjadi jagal orang lain dalam setiap kesempatan. Karena siapa dapat menjamin, aku tidak akan meraih pisau makan di restoran dan menusukkannya ke lambung orang makan yang ada di sebelahku yang matanya begitu menjijikkan. Siapa yang dapat menjamin aku tidak akan berteriak bohong, bangsat, anjing, lonte dan sebagainya dalam sebuah pertemuan resmi, ketika seorang walikota dihadiahi kehormatan sebagai Putra Terbaik? Siapa yang dapat menjamin, aku tidak akan merebut pistol di pinggang seorang polisi di jalan, lalu menembakkan sampai pelurunya habis, ke atas kepala siapa saja yang kebetulan lewat?

Tak ada jaminan, Bung! Dan karenanya juga tak ada gunanya pergaulan. Tak ada gunanya pertemuan dengan manusia lain. Karena itu jelas sudah, kehidupan ini sendiri adalah langkah pertama yang membawa kita ke dalam bahaya!

Dengan pikiran itu, aku lalu menyepi.

MENUTUP KORDEN KURUNGAN. LAMPU MATI. LAMPU DI DALAM MENYALA. NAMPAK SILHUETNYA.

Tapi ketika sepi, sunyi, hening pengasingan diri juga tidak memberikan ketenteraman, karena bahaya itu sudah bersarang di dalam hati. Aku putus asa. Bagiku kehidupan tak memberikan lagi apa-apa kecuali malapetaka dam kekalahan. Hidup hanya menunda kekalahan kata Chairil Anwar!

Di depan mataku setiap detik terbentang jalan ke jurang keruntuhan. Manusia-manusia semua adalah mahluk tak beradab. Arus deras pikiran kumal itu bagai air bah. Tak mampu ku tahan, tak bisa kutolak, tak kuasa kuterima. Akhirnya karena tak tahan, tak berdaya, tak tertolong, aku ambil jalan pintas!.

DALAM SILHUET IA MENGGANTUNG DIRI. LEHERNYA TERJERAT. KEMUDIAN KURUNGAN ITU TERANGKAT. TOKOH NAMPAK BERDIRI DENGAN MEMEGANG SEBUAH SURAT.

Kepada siapa saja yang ingin tahu?

Aku tak dapat memikirkan jalan yang lain, yang lebih baik dari ini. Bagaimana mengurangi bahaya yang mengepung di sekitarku, bagaimana menghentikan bahaya yang mungkin berasal dari sel-selku sendiri. Setiap manusia adalah bom waktu buat orang lain. Cara satu-satunya untuk menyelamatkan diri, menyelamatkan orang lain adalah pengorbanan. Hentikan semuanya. Tebarkan tirai gelap yang tidak tertembus mata siapa pun, yang tidak bisa didobrak bahaya macam mana pun. Kecuali oleh suara Tuhan. Kecuali oleh sentuhan tanganNya.

Dengan perhitungan yang amat matang, aku selesaikan semuanya hari ini secara jantan. Lengkap, bulat dan tuntas. Perpisahan ini akan mengantarkan, setidak-tidaknya lebih mendekatkan kita pada ketenteraman, perdamaian, harmoni dan kebahagiaan.

MELIPAT SURAT

Kalau tidak ada yang mengerti atau mau mengerti, terserah. Aku dianggap sudah sesat karena kemasukan setan, pasrah. Aku dikubur sebagai orang gila dengan pikiran-pikiran busuk yang berbahaya pada kehidupan, biarin. Kepergianku justru disyukuri, boleh!.

Tidak seorang pun yang sedih. Tidak seorang pun yang kehilangan. Tidak seorang pun menerima. Semua mengenangku sebagai musuh. Aku, surat wasiatku, segala sepak terjangku, segala lumut pikiranku adalah virus ganas. Dalam upacara penguburan, Pak RW berpidato.

Sesat! Pikiran sesat! Tuhan jauhkan manusia dari kebejatan! Saudara-saudara semua orang yang masih hidup, pikiran-pikiran kotor sedang ditiup angin memenuhi seluruh lapisan udara. Tahan nafas. Itu semua dosa! Terlintas dalam pikiran saja, semua pikiran-pikiran memintas itu neraka hukumannya. Ambisi untuk mencapuri rencanaNya itu harus diberantas. Bukan manusia, tapi hanya Yang Di Atas Sana Yang boleh menulis sejarah.

Semua media masa memompa fatwa pak RW. Kenalan-kenalanku mengingatkan orang yang belum kenal aku, supaya awas. Pikiran-pikiran sakit sudah gentayangan memakai topeng suci. Yang tidak pernah kenal siapa aku, yang tidak mengerti alam pikiranku, tambah keblinger.

Anti moral! Brantas habis!

Tapi apa yang dilarang, apa yang tidak boleh, apa yang dosa, biasanya orang selalu suka. Mereka penasaran, ingin tahu, ingin mencoba. Mau mencicip. Aku jadi laku. Melarang adalah bumerang. Semua jungkir-balik. Akhir adalah awal. Membungkam jadi mengobarkan. Akibat dicekal pikiranku mengamuk. Gagah-berani, seksi, indah dan bermagnit.

Kematianku mempesona dan agresif.

Penguasa langsung mengumumkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com