Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Kompas.com - Diperbarui 21/02/2022, 11:02 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

KOMPAS.com - Sebelum hidup seperti sekarang, manusia bertahan dengan cara berburu (hunting) dan mengumpulkan makanan (food gathering).

Simak penjelasannya seperti dilansir dari Seri Pengayaan Pembelajaran Sejarah Indonesia: Masa Praaksara (2019):

Keadaan lingkungan

Pada masa ini, manusia hidup di alam terbuka bersama hewan dan tumbuhan.

Untuk menghindari diri dari panas, hujan, dan bahaya, manusia tinggal di dalam gua atau membuat sarang di atas pohon.

Di era modern, ditemukan beberapa lukisan di dalam gua yang merupakan hasil karya manusia purba. Mereka menggambar dirinya, aktivitasnya, dan buruannya.

Baca juga: Fungsi Abris Sous Roche Bagi Manusia Purba

Di Indonesia, lukisan dinding gua banyak ditemukan di Sulawesi Selatan, Papua, Kalimantan Timur, dan Pulau Seram.

Salah satu lukisan tertua di dunia bahkan ada di Indonesia yakni lukisan babi di Sulawesi Selatan yang diperkirakan dilukis 45.500 tahun yang lalu.

Lingkungan sekitar menjadi sumber pangan dan kehidupan manusia. Mereka berburu hewan besar bertulang belakang seperti rusa, babi, dan kerbau.

Mereka juga mengumpulkan buah-buahan dan umbi-umbian. Selain itu, mereka juga menangkap ikan.

Kehidupan sosial ekonomi

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia hidup secara nomaden atau berpindah-pindah tempat.

Ini karena mereka sangat mengandalkan lingkungannya untuk mencari makan. Jika tempat yang mereka tinggali sudah kehabisan makanan, maka mereka akan pindah ke tempat lain.

Sekitar 90 persen harinya dihabiskan untuk mencari makan. Manusia tinggal dalam kelompok kecil, sekitar 10-15 orang.

Hidup berkelompok dan berbagi makanan menguatkan hubungan antarmanusia dan membuat bertahan hidup lebih mudah.

Laki-laki bertugas berburu. Sementara perempuan bertugas mengolah makanan, mengurus anak, dan mengajari anak cara meramu makanan.

Alat-alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan sangat sederhana.

Baca juga: Manusia Purba di Indonesia: Jenis dan Ciri-cirinya

Manusia menggunakan batu, tulang, dan kayu untuk mencari makanan. Hasil-hasil kebudayaan yang ditemukan pada masa ini yaitu:

  • Kapak perimbas

Kapak yang tidak memiliki tangkai. Digunakan dengan cara digenggam. Kapak perimbas diyakini sebagai hasil kebudayaan Pithecantropus erectus.

Kapak perimbas ditemukan juga di Pakistan, Myanmar, Malaysia, China, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

  • Kapak penetak

Mirip dengan kapak perimbas tetapi lebih besar dan masih kasar. Kapak penetak berfungsi membelah kayu, pohon, dan bambu.

Sedikitnya 242 gua atau tempat perlindungan dengan lukisan purbakala di Sulawesi dan tempat-tempat baru ditemukan setiap tahun.Maxime Aubert / PA Wire Sedikitnya 242 gua atau tempat perlindungan dengan lukisan purbakala di Sulawesi dan tempat-tempat baru ditemukan setiap tahun.

  • Kapak genggam

Mirip dengan kapak perimbas dan kapak penetak, namun ukurannya lebih kecil, masih sederhana, dan belum diasah.

Kapak ini digenggam di ujungnya yang lebih ramping.

  • Alat serpih (flakes)

Bentuknya seperti pisau dan sangat sederhana. Ukurannya antara 10-20 sentimeter.

Alat serpih digunakan untuk memotong, menusuk, mengupas, dan menggali tanah.

  • Alat dari tulang

Tulang-tulang sisa binatang buruan dimanfaatkan oleh manusia sebagai alat.

Tulang dapat berfungsi sebagai pisau, mata tombak, dan mata panah. Alat dari tulang banyak ditemukan di Ngandong.

Baca juga: Bagaimana Pola Makan Zaman Manusia Purba?

Sistem kepercayaan

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia sudah memiliki sistem kepercayaan.

Mereka percaya adanya hal-hal yang lebih kuat di luar kehendak mereka. 

Di masa lampau, banyak fenomena masih menjadi misteri dan belum diketahui jawabannya. Hal ini mendorong manusia untuk memercayai adanya kekuatan lebih sebagai jawaban atas fenomena yang mereka saksikan.

Ini dibuktikan dengan adanya penguburan terhadap anggota yang telah meninggal.

Penguburan berarti menghormat mereka yang telah meninggal. Manusia pada zaman ini sudah meyakini ada kehidupan setelahnya.

Selain itu, lukisan di gua juga menunjukkan adanya gambar penguburan mayat bersama alat-alat berburu.

Ada juga gambar mereka yang meninggal menjelma menjadi roh nenek moyang. Gambar-gambar ini ditemukan dalam masa tingkat lanjut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Siapa Itu Parikesit?

Siapa Itu Parikesit?

Skola
Karakter Tokoh Wayang Kumbakarna

Karakter Tokoh Wayang Kumbakarna

Skola
Mengenal Tokoh Rahwana

Mengenal Tokoh Rahwana

Skola
Tokoh Anoman dalam Pewayangan Ramayana

Tokoh Anoman dalam Pewayangan Ramayana

Skola
Mengenal Ukara Lamba Basa Jawa

Mengenal Ukara Lamba Basa Jawa

Skola
Bedane Geguritan Gagrak Lawas lan Gagrak Anyar

Bedane Geguritan Gagrak Lawas lan Gagrak Anyar

Skola
Prinsip dan Macam-macam Tembang Jawa Tengahan

Prinsip dan Macam-macam Tembang Jawa Tengahan

Skola
Pengertian, Ciri-ciri, dan Contoh Tembang Jawa Gedhe

Pengertian, Ciri-ciri, dan Contoh Tembang Jawa Gedhe

Skola
Gaman lan Aji-Ajine Wayang

Gaman lan Aji-Ajine Wayang

Skola
Ratu, Negara, lan Patihe dalam Pewayangan

Ratu, Negara, lan Patihe dalam Pewayangan

Skola
Peran Siswa dalam Mendukung Implementasi Wawasan Kebangsaan

Peran Siswa dalam Mendukung Implementasi Wawasan Kebangsaan

Skola
Hubungan Antargatra

Hubungan Antargatra

Skola
Peran dan Ancaman dalam Membangun Integrasi Nasional

Peran dan Ancaman dalam Membangun Integrasi Nasional

Skola
Kesediaan Warga Negara untuk Melakukan Bela Negara

Kesediaan Warga Negara untuk Melakukan Bela Negara

Skola
Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus

Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus

Skola
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com