Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perdagangan Asia serta Munculnya Imperialisme-Kolonialisme Barat

Kompas.com - 09/07/2020, 19:08 WIB
Serafica Gischa

Penulis

KOMPAS.com - Pada saat perekonomian Asia maju, perekonomian Eropa justru masih tertinggal jauh. Pusat perkembangan ekonomi dan politik dunia dalam abas ke-14 sampai abad ke-15 merupakan dunia Islam, khususnya Turki Usmani.

Penguasaan atas wilayah-wilayah itu sekaligus telah menyekat jalur perdagangan dari Timur ke Barat yang mengakibatkan barang dagangan dari Timur seperti rempah-rempah menjadi langka dan harga tinggi.

Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia VI (1990) karya Marwati Djoened Poesponegoro, meski harga rempah-rempah mahal, minat bangsa Eropa terhadapnya justru semakin tinggi. Sehingga pedagang Eropa berupaya mencari jalan alternatif ke daerah penghasil komoditi tersebut.

Meningkatnya permintaan baik dari Eropa maupun negara lain, secara tidak langsung mendorong para produsen di Nusantara, khususnya Maluku untuk memperluas tanaman ekspornya, seperti pala dan cengkeh.

Baca juga: Pengertian Kolonialisme dan Imperialisme

Di Sumatera juga mengembangkan komoditi yang sedang banyak diminati, seperti lada. Meski harganya hanya separuh rempah-rempah, namun lada sudah termasuk komoditi ekspor yang penting dari Nusantara, bahkan Asia Tenggara.

Pusat perdagangan Malaka

Sejak runtuhnya Sriwijaya, kota pelabuhan terbesar sebagai pusat perdagngan adalah Malaka. Kota pelabuhan yang sekaligus menyandang nama kerajaan itu muncul pada abad ke-15 Masehi.

Kemunculannya sekaligus menggeser kedudukan Pasai dalam dunia perdagangan internasional. Secara geografis letak Malakan cukup strategis dan lebih menguntungkan dibandingkan Pasai.

Agar kotanya tetap ramai, penguasa Malaka berusaha mengamankan jalur perdagangannya dari bajak laut. Selain itu juga berupaya menjalin hubungan baik dengan Majapahit, Siam, dan China.

Malaka juga mengirimkan ekspedisi militernya ke negeri-negeri yang dianggap penting untuk dikuasai karena menghasilkan barang yang dibutuhkan Malaka.

Baca juga: Alasan Kedatangan Eropa ke Indonesia

Kota Malaka semakin berkembang pesat, apalaghi setelah penguasa Malaka menajdi Islam pada 1414. Hal tersebut mendorong semakin banyak pedagang Islam dari Arab dan India melakukan kegiatan perdagangan di Malaka.

Untuk menumbuhkan sistem birokrasi yang dapat memenuhi tugasnya dalam mengatur perekonomian, penguasa Malaka mengeluarkan jabatan yang erat kaitannya dengan perdagangan di pelabuhan adalah Syahbandar.

Ada empat syahbandar di Malaka, yaitu:

  1. Syahbandar yang mengurusi para pedagang Gujarat
  2. Syahbandar yang mengurusi para pedagang Keling, Bengali, Pegu, dan penduduk Pasai
  3. Syahbandar yang menjaga kepentingan pedagang Jawa, Malaka, Banda, Pelambang, Kalimantan, dan Filipina.
  4. Syahbandar yang menjaga dan mewakili pedagang China dan kepulauan Liu-Kiu.

Ilustrasi bangsa Portugis dari abad ke-16 yang dimuat dalam Códice Casanatense. Tulisan di pojok kiri ilustrasi berbunyi, Orang dari Kerajaan Malaka yang disebut bangsa Malayos (Melayu).Biblioteca Casanatense Ilustrasi bangsa Portugis dari abad ke-16 yang dimuat dalam Códice Casanatense. Tulisan di pojok kiri ilustrasi berbunyi, Orang dari Kerajaan Malaka yang disebut bangsa Malayos (Melayu).
Masuknya Bangsa Portugis

Informassi mengenai kemajuan Kota Malaka dan kekayaannya sampai ke telinga Bangsa Portugis. Atas dasar informasi tersebut, utusan bangsa Portugis sampao ke Kota Malaka dan menjalin hubungan persahabatan dengan penguasanya dan menetap di Malaka sebagai perwakilan Bangsa Portugis.

Baca juga: Pesisir dan Pedalaman Zaman Kolonial

Namun, karena Sultan Muhammad Syah yang saat itu sebagai penguasa mendengar kabar bahwa kedatangan Portugis memiliki tujuan buruk, maka dirinya berniat merusak empat kapal milik Portugis namun gagal.

Hal ini membuat Portugis berpikir bahwa untuk menguasai perdagangan hanyalah dengan cara penaklukan, sekaligus mengokohkan eksistensinya dalam dunia perdagangan Asia.

Sebelum kembali ke Malaka, Portugis telah menguasai sekitar Teluk Persia dan pantai barat India yang dijadikan pangkalan.

Kemudian pada 1511, Kapten Portugis berlayar dari Goa menuju Malaka dengan membawa armada Portugis yang berkekuatan 1200 orang dan 18 kapal perang.

Perang terjadi secara sporadis sepanjang bulan Juli hingga awal Agustus dan dimenangkan oleh Portugis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jawaban dari Soal 'Makanan Mengandung Energi Berupa'

Jawaban dari Soal "Makanan Mengandung Energi Berupa"

Skola
6 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Energi Alternatif

6 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Energi Alternatif

Skola
Teori Pengurangan Ketidakpastian: Asumsi dan Contohnya

Teori Pengurangan Ketidakpastian: Asumsi dan Contohnya

Skola
Asumsi Teori Interaksi Simbolik dan Contohnya

Asumsi Teori Interaksi Simbolik dan Contohnya

Skola
El Nino: Pengertian dan Penyebabnya

El Nino: Pengertian dan Penyebabnya

Skola
Majas Simile: Pengertian dan Contohnya

Majas Simile: Pengertian dan Contohnya

Skola
3 Wujud Kebudayaan beserta Contohnya

3 Wujud Kebudayaan beserta Contohnya

Skola
4 Struktur Pelindung Mata, Apa Saja Itu?

4 Struktur Pelindung Mata, Apa Saja Itu?

Skola
Macam-macam Gangguan Telinga dan Penyebabnya

Macam-macam Gangguan Telinga dan Penyebabnya

Skola
Sifat-sifat Kebudayaan beserta Contohnya

Sifat-sifat Kebudayaan beserta Contohnya

Skola
5 Cara Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

5 Cara Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Skola
Mengenal 4 Jenis Seni Grafis

Mengenal 4 Jenis Seni Grafis

Skola
Mengenal 5 Tema dalam Seni Lukis

Mengenal 5 Tema dalam Seni Lukis

Skola
Faktor Risiko, Diagnosis, dan Pencegahan Kleptomania

Faktor Risiko, Diagnosis, dan Pencegahan Kleptomania

Skola
Pengertian, Gejala, Penyebab dari Kleptomania

Pengertian, Gejala, Penyebab dari Kleptomania

Skola
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com