Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Ki Hajar Dewantara: Bapak Pendidikan Bangsa

Kompas.com - 02/05/2020, 12:00 WIB
Serafica Gischa

Penulis

KOMPAS.com - Pemerintah menetapkan setiap tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).

Perkembangan pendidikan di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari perjuangan Ki Hajar Dewantara. Dirinya meupakan sang pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda.

Ki Hajar Dewantara merupakan pendiri dari Taman Siswa untuk penduduk pribumi mendapatkan pendidikan yang sama dengan orang-orang bangsawan.

Nama Ki Hajar Dewantara

Dilansir dari buku Kumpulan Pahlawan Indonesia (2012) karya Mirnawati, Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat.

Lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Dirinya berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta.

Soewardi kecil cukup beruntung, berkesempatan menempuh pendidikan bersama dengan anak-anak bangsa Eropa di Sekolah Dasar Belanda ELS (Europeesche Lagere School).

Baca juga: Pidato Lengkap Hardiknas 2020 Mendikbud Nadiem Makarim

Kemudian dirinya melanjutkan pendidikan ke STOVIA. Namun, dirinya tidak bisa menamatkan pendidikan dokternya dikarenakan sakit.

Saat usianya 40 tahun, Soewardi mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara dan tidak lagi menggunakan gelar bangsawannya.

Hal ini dilakukan Ki Hajar Dewantara agar bebas bersosialisasi dengan kalangan rakyat biasa.

Kiprah Ki Hajar Dewantoro

Ki Hajar Dewantara pernah bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, antara lain:

  1. Sedyotomo
  2. Midden Java
  3. De Express
  4. Oetoedan Hindia
  5. Kaoem Moeda
  6. Tjahaja Timoer
  7. Poesara

Dia menjadi salah satu penulis andal. tulisannya sangat komunikatif, tajam, dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antipenjajahan.

Selain menjadi wartawan muda, Ki Hajar Dewantara juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Salah satunya aktif pada organisasi Budi Utomo.

Setelah itu pada tanggal 25 Desember 1912 dirinya mendirikan Indische Partij bersama dengan Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo.

Namun, Indische Partij ditolak oleh Belanda dan menggantinya dengan membentuk Komite Bumiputera pada 1913.

Baca juga: Sejarah Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas)

Komite tersebut bertujuan untuk melancarkan krituik terhadap pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Perancis dengan menarik pajak dari rakyat kecil.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com