Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkembangan Kerajaan Samudera Pasai

Kompas.com - 05/03/2020, 15:00 WIB
Arum Sutrisni Putri

Penulis

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Sejarah Indonesia baru tidak terlepas dari perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di nusantara.

Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, perkembangan kerajaan Islam di Indonesia terlihat dari adanya kerajaan-kerajaan berikut ini:

  1. Kerajaan Perlak
  2. Kerajaan Samudera Pasai
  3. Kerajaan Aceh Darussalam
  4. Kerajaan Ternate dan Tidore
  5. Kerajaan Demak
  6. Kerajaan Pajang dan Mataram
  7. Kerajaan Banten dan Cirebon
  8. Kerajaan Gowa Sulawesi Selatan

Tahukah kamu perkembangan ekonomi, politik, sosial dan budaya kerajaan Samudera Pasai?

Baca juga: Teori Masuknya Islam di Nusantara

Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai terletak di pantai utara Aceh, tepatnya di muara Sungai Pasangan (Pasai) yang ada dua kota yaitu Samudera (agak jauh dari laut) dan Pasai (kota pesisir). Masyarakat kedua kota sudah memeluk agama Islam.

Marah Silu (Merah Selu) masuk Islam setelah berinteraksi dengan Syekh Ismail, seorang utusan Syarif dari Mekah. Ia menyatukan kedua kota dan dinobatkan menjadi sultan (raja) dengan gelar Sultan Malik al Saleh (Malikussaleh).

Kesultanan Samudera Pasai berperan penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara. Malaka menjadi bercorak Islam karena berhubungan erat dengan Kerajaan Samudera Pasai.

Hubungan makin erat dengan pernikahan antara putra-putri sultan dari Pasai dan Malaka. Sehingga di awal abad ke-15, sekitar 1414 Masehi muncul Kesultanan Islam Malaka yang dimulai dengan pemerintahan Parameswara.

Baca juga: Pengaruh Islam di Indonesia

Aspek politik

Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan studi Islam karena didatangi banyak pedagang dari India, Benggala, Gujarat, Arab Cina dan daerah sekitarnya.

Samudera Pasai meluaskan kekuasaan ke daerah pedalaman meliputi Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan dan Pasai.

Dalam rangka Islamisasi, Sultan Malik Al Saleh menikah dengan putri Raja Perlak. Sultan Malik Al Saleh wafat pada 1297 dan dimakamkan di Kampung Samudera Mukim Blang Me dengan makam berciri Islam.

Setelah itu putranya, Muhammad Malikul Zahir (Malik Al Tahir atau Malik At Tahir) meneruskan jabatan Sultan. Ia memiliki dua orang putra yaitu Malik Al Mahmud dan Malik Al Mansur yang diasuh Sayid Ali Ghiatuddin dan Sayid Asmayuddin saat kecil.

Saat dewasa menjadi pewaris tahta kerajaan Samudera Pasai dan kedua pengasuhnya diangkat menjadi perdana menteri. Ibu kota kerajaan Samudera Pasai dipindah ke Lhokseumawe.

Penguasa selanjutnya adalah Sultan Ahmad Perumadal Perumal. Pada masa pemerintahannya, Samudera Pasai menjalin hubungan dengan Kesultanan Delhi (India). Terbukti saat Muhammad Tughluq dari India mengirimkan utusan bernama Ibu Battuta.

Pada 1345 Ibnu Battuta sempat singgah ke Samudera Pasai sebelum ke China. Setelah kembali, Ibnu Battuta singgah lagi dan diterima baik pada 1346.

Baca juga: Perkembangan Islam di Indonesia

Aspek sosial budaya dan ekonomi

Pada pedagang asing yang singgah di Malaka tinggal sementara untuk mengurus perdagangan dan berinteraksi dengan penduduk setempat. Pedagang Islam dari Gujarat, Persia dan Arab sekaligus melakukan penyebaran agama Islam.

Pengaruh Islam pada Samudera Pasai terlihat dari perubahan aliran Syiah menjadi Syafi'i yang mengikuti perubahan di Mesir. Saat itu, di Mesir sedang terjadi pergantian kekuasaan dari Dinasti Fatimah beraliran Syiah kepada Dinasti Mameluk beraliran Syafi'i.

Dalam perkembangannya, aliran Syafi'i di Pasai disesuaikan dengan adat istiadat setempat. Sehingga kehidupan sosial masyarakatnya merupakan campuran Islam dengan adat setempat.

Faktor berkembang pesat

Faktor pendukung perkembangan kerajaan Samudera Pasai berkembang pesat yaitu:

  1. Letaknya strategis, di dekat selat Malaka yang menjadi perlintasan perdagangan internasional, sehingga kemaritiman menjadi berkembang.
  2. Membina hubungan erat dengan India dan China. Buktinya, Ibnu Battuta utusan India diterima baik dan menerima perlindungan Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok.
  3. Adanya hasil bumi rempah-rempah sebagai produk ekspor seperti lada dan kemiri. 
  4. Diperintah oleh penguasa bijaksana yang bersikap ramah dan terbuka. Terlihat dari diterimanya utusan India Ibnu Battuta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com