KOMPAS.com - Indonesia tidak hanya memiliki keragamaan budaya, suku bangsa, agama, atau etnis.
Indonesia juga punya keragaman kalender lokal ditiap daerah. Penanggalan yang dilakukan berbeda antara satu etnis dengan etnis lain.
Menariknya kalender-kalender lokal tersebut telah diselesaikan dengan diadopsi sistem tahun masehi sebagai kalender nasional.
Dikutip situs www.Indonesia.go.id, meski secara nasional bangsa Indonesia telah menggunakan sistem tahun masehi sebagai penanda waktu.
Baca juga: Arab Saudi Resmi Gunakan Kalender Masehi
Tapi bukan berati kalender lokal serta merta hilang begitu saja. Bahkan kedua kalender masih hidup berdampingan hingga sekaran.
Masing-masing memiliki fungsi dan makna yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Ada beberapa kalander lokal berbasis keragaman etnis di Indonesia. Mereka memiliki fungsi dan makna yang berbeda-beda.
Berikut kalender-kalender tersebut:
Kalender masehi digunakan di seluruh dunia termasuk Indonesia. Tujuannya untuk mempermudah komunikasi antar dunia.
Dalam kalender masehi mempunyai perhitungan 12 bulan dalam satu tahun dan tujuh hari dalam satu minggu.
Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), penghitungan hari berdasarkan kalender Matahari ini ditetapkan dan mulai diberlakukan oleh penguasa kerajaan Romawi pada tahun 47 bernama Julius Caesar.
Kalender Masehi dihitung berdasarkan peredaran bumi mengelilingi matahari.
Baca juga: Alasan Februari Hanya 28 Hari
Satu tahun dalam kalender masehi adalah lamanya bumi mengelilingi matahari, yaitu 365 hari 5 jam, 48 menit 46 detik.
Kalender Hijriyah