Lapisan di atasnya lagi adalah xanthopores dan erythopores. Itu mengandung pigmen warna kuning dan merah.
Umumnya itu pigmen tersimpan di dalam kantung kecil pada setiap sel.
Namun ketika bunglon mengalami perubahan suhu atau suasana hati, sistem sarafnya akan memberi tahu kromatofor tertentu.
Itu untuk mengembang atau menyusut dan akhirnya mengubah warna sel.
Sebagai contoh, jika bunglon tengah bersemangat dan agresif akan mengubah warna kulit jadi merah. Itu akan melebarkan seluruh sel erythopore untuk menghalangi warna yang keluar.
Saat bunglon tenang warna kulit akan berubah jadi hijau. Itu akan menutup sel erythopore dan membiarkan sebagian cahaya yang dipantulkan warna biru dari iridofor bercampur lapisan xanthopores yang berwarna kuning.
Baca juga: Tiga Bunglon Jenis Baru Ditemukan di Bukit Barisan
Bunglon juga memiliki aneka pigmen warna, seperti dapat menghasilkan warna merah, merah muda, kuning, biru, dan coklat.
Bunglon memiliki beberapa jenis dan habitat yang berbeda, yakni Bradypodion, Brookesia, Chamaeleo, dan Rhampholeon.
Dilansir dari Encyclopaedia Britannica (2015), ada dua jenis tambahan lagi, yakni Calummna dan Furcifer.
Lebih dari 150 spesies saat ini yang dikenal masyarakat. Setengah dari spesies hanya ada di Madagaskar, sedangkan yang lain sebagian di Afrika, Asia, India, Sri Lanka, Timur Tengah atau Eropa.
Bunglon terpanjang itu di dunia adalah bunglon parson (Calumma Parsonii) yang punya panjang sekitar 69,5 sentimeter.
Baca juga: Prabowo Sebut Banyak Elite di Jakarta Jadi Bunglon
Bunglon terpendek di dunia adalah Brookesia Micra yang memiliki panjang maksimum 29 milimeter.
Pada umumnya bunglon memiliki panjang 17 hingga 25 sentimeter.
Setiap spesies itu mampu mengalami perubahan warna tertentu.