Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Queer sebagai Istilah yang Memayungi LGBT

LGBTQ diperuntukkan bagi seseorang atau kelompok dengan orientasi seksual non-heteroseksual.

Sementara istilah LGBT dipakai untuk menggantikan frasa “komunitas gay”. Karena akronim LGBT lebih mewakili golongan kaum homoseksual.

Sebelumnya, komunitas gay atau kaum homoseksual lebih dikenal dengan istilah queer yang berarti "orang aneh".

Lalu, bagaimana sejarah queer hingga berubah sebutannya menjadi LGBT?

Asal usul kata “queer”

Dikutip dari situs Dictionary, kata queer tercatat dalam bahasa Skotlandia pada abad ke-16, yang berarti “aneh”.

Kata ini diambil dari bahasa Jerman “quer” yang artinya miring atau sesat atau seberang.

Sejak awal kemunculannya, kata ini bermakna negatif. Digunakan untuk menandai individu yang dianggap aneh atau di luar norma sosial, hingga abad ke-19.

Dilansir dari buku Queer Theory (1996) karya Anna Marie Rustom Jagose, awalnya kata quer ini dipakai untuk mengejek kaum homoseksual.

Namun seiring berjalannya waktu, penggunaan kata queer mengalami perubahan menjadi istilah yang memayungi kelompok homoseksual.

John Sholto Douglas menjadi orang pertama yang menggunakan kata queer dalam konteks seksual.

Dalam situs The National Archives, dituliskan bahwa pada 1894, istilah 'queer' dianggap telah digunakan pada konteks identitas seseorang.

Dalam persidangan Oscar Wilde tahun 1895, surat milik John Sholto Douglas, yakni Marquees of Queensberry ke-9 dibacakan.

Intinya, surat tersebut menjelaskan perasaan tidak suka John terhadap hubungan Wilde dengan putranya, Lord Alfred Douglas.

John menyebut Wilde dan pria homoseksual lainnya pada waktu itu sebagai 'Snob Queer' atau “orang aneh yang sombong”.

Sejak kejadian tersebut, kata queer dikenal dan digunakan sebagai cercaan atau ejekan kepada kaum homoseksual hingga abad ke-20.

The Concise New Partridge Dictionary of Slang mencatat bahwa pada 1914, queer sebagai kata sifat yang merendahkan kaum homoseksual, menjadi populer dan banyak digunakan masyarakat, lantaran ketidaksesuaian seksual atau jender yang dirasakan.

Misalnya William Healy dalam buku Practical Value of Scientific Study of Juvenile Delinquents (Children’s Bureau, U.S. Departement of Labor) (1922) yang menyebutkan kata queer dalam konteks “keanehan” seksual.

William Healy menuliskan: “Seorang pria muda yang dengan mudah dapat dipastikan baik-baik saja dalam karakteristik lain, mungkin 'queer' (aneh) dalam kecenderungan seks."

Perkembangan istilah “queer”

Menurut George Chauncey dalam buku Gay New York: Gender, Urban Culture and The Making of The Gay Male World, 1890 – 1940 (1995), pada 1940-an, tepatnya setelah Perang Dunia kedua, gagasan queer menjadi lebih umum di kalangan pria gay lebih muda (generasi saat itu).

Ketika istilah gay banyak dipakai, beberapa pria yang lebih suka mengidentifikasi dirinya sebagai "gay" mulai menghukum pria gay lebih tua. Karena menyebut dirinya sebagai queer, mengingat sejarah istilah tersebut yang sangat menyakitkan.

Dilansir dari situs UC Santa Cruz University Library, pada 1960-an, istilah gay mulai banyak digunakan.

Ada begitu banyak komunitas homofilia, seperti gay dan lesbian, yang melakukan protes dan memperjuangkan hak sipilnya, di era ini.

Contohnya Mattachine Society, One, dan Daughters of Bilitis. Meski begitu, masyarakat yang homofobia tetap mendiskriminasi dan tidak mendukung kaum homoseksual.

Kerusuhan Stonewall di New York, Amerika Serikat, pada 1969, menjadi cikal bakal terbentuknya berbagai komunitas homoseksual hingga memunculkan kelompok queer.

Pada kerusuhan tersebut, untuk pertama kalinya, lesbian, gay, serta transgender bersatu dalam tujuan dan latar belakang yang sama mengenai konteks gerakan feminis serta hak sipil.

Kerusuhan ini terjadi sebagai bentuk solidaritas perlawanan kelompok homoseksual terhadap diskriminasi sosial dan politik yang mereka rasakan selama beberapa dekade.

Sejak awal, anggota komunitas tersebut menyebut diri mereka “queer” sebagai tindakan pembangkangan kepada polisi, guna merayakan hak mereka untuk mencintai siapa pun.

Setelah itu, kebebasan seksual pun terjadi. Namun, tak berlangsung lama, karena munculnya wabah penyakit HIV/AIDS di 1980-an.

Sebelum dikenal sebagai AIDS, penyakit ini disebut "kanker gay".

Sebanyak 16 ribu jiwa meninggal dunia akibat penyakit AIDS atau “kanker gay” yang mewabah pada saat itu. Sehingga hal ini menimbulkan homofobia atau ketakutan masyarakat kepada kelompok homoseksual.

Penggunaan kembali istilah "queer"

Pada akhir 1980-an, para penulis, cendekiawan, dan aktivis di komunitas LGBT mulai mengadvokasi kembali penggunaan kata queer.

Upaya ini difokuskan pada queer sebagai istilah kolektif bagi kaum gay dan lesbian, tanpa menjadi esensialis jender atau menyebabkan perpecahan dalam komunitas.

“Queer” menjadi label pilihan bagi banyak orang dalam spektrum LGBT. Karena tidak memiliki kepastian makna dan semangat penyimpangan sosial yang dikandungnya.

Selain itu, aktivis gay militan, seperti organisasi Queer Nation mengeklaim kembali istilah “queer”, guna menghadapi homofobia yang dipicu oleh krisis HIV/AIDS yang secara tidak proporsional memengaruhi pria gay.

Label queer mulai direklamasi dari penggunaannya yang merendahkan, ke bentuk identifikasi diri yang netral atau positif oleh orang-orang LGBT.

Penggunaan kata queer dalam konteks positif pertama kali digunakan oleh komunitas LGBT Queer Nation. Komunitas ini dibentuk pada Maret 1990, dan berisikan orang homoseksual.

Mereka melakukan parade sebagai bagian dari kampanye untuk visibilitas dan kesetaraan LGBTQ+, dengan menggunakan slogan “We’re here! We’re queer! Get used to it!”.

Mereka menggunakan lencana, kaos, dan spanduk yang menunjukkan kata 'Queer' dengan bangga.

Dari sinilah, queer lahir dan menjadi istilah yang memayungi kelompok LGBT. 

https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/19/110000169/sejarah-queer-sebagai-istilah-yang-memayungi-lgbt

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke