Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Memahami Pantun Melalui Tradisi Mengantar Cincin pada Adat Melayu Riau

Oleh: Era Madani Idil, Guru SMPN 1 Bangkinang, Kampar, Riau

KOMPAS.com - Berpantun merupakan tradisi adat Melayu Riau di Kabupaten Kampar yang merupakan warisan budaya Indonesia. Sebagai warisan budaya, hendaklah kita sebagai generasi penerus bangsa melestarikannya. 

Kita dapat memahami pantun melalui tradisi mengantar cincin pada adat Melayu Riau. Selain sebagai tradisi adat saat mengantar cincin, berpantun dalam tradisi adat dapat dijadikan sebagai sumber atau media pembelajaran dalam memahami ciri umum puisi rakyat.

Berbalas pantun  pada upacara adat mengantar cincin dilakukan dengan cara berbalas –balasan antara pihak laki-laki dan perempuan.

Berbalas pantun juga merupakan salah satu tradisi dimasyarakat Melayu Kabupaten Kampar yang menitik beratkan pada tata cara bertutur kata dalam berkomunikasi secara santun.

Sehingga maksud kedatangan tersampaikan lewat berpantun. Pertunjukkan berbalas pantun mempunyai nilai estetika budaya yang sangat menarik bagi tamu yang hadir.

Puisi rakyat merupakan warisan budaya bangsa yang wajib kita pelihara. Pantun adalah salah satu jenis puisi lama warisan nenek moyang kita yang kaya muatan nilai moral,agama,dan budi pekerti.

Melalui pantun inilah para leluhur kita mewariskan nilai-nilai luhur dengan cara yang menghibur,segar, dan indah.

Puisi rakyat (pantun)

Pantun adalah puisi Melayu yang mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Fungsi pantun yaitu untuk mendidik sambil menghibur.

Melalui pantun kita menghibur orang dengan permainan bunyi bahasa, menyampaikan maksud tujuan, menyindir (menegur bahwa sesuatu itu kurang baik) secara tidak langsung, atau memberi nasehat.

Bukan berarti orang Melayu tidak tegas dalam menyampaikan sesuatu, tetapi dapat dikatakan bahwa orang Melayu mempunyai gaya tersendiri dalam mengungkapkan sesuatu.

Ciri-ciri pantun

Berikut ciri-ciri puisi rakyat atau pantun, yaitu: 

Contoh pantun Tradisi Melayu Riau

Contoh Pantun Tradisi Melayu Riau, Kabupaten Kampar sebagai berikut: 

Batang Kaponji membuat kubah
Dengan Bismillah kami dirikan
Janji kami kepada tuan tidak akan berubah
Dengan izin Allah kami sampaikan

Tukang emas pembuat gelang
Gelang diantar menggunakan sampan
Hati kami gelisah pagi dan siang
Menanti tuan datang di halaman

Batang benalu suka memanjat
Melilit sampai pohon meranti
Kami datang mempunyai hajat
Ingin menyampaikan maksud hati

Songket melayu  sulaman pelangi
Cantik dan santun jadi idaman
Terpijak kaki dihalaman karena janji
Melangkah datang memetik bunga ditaman

Buah pinang  rasanya kelat
Jangan disimpan didalam peti
Jika memang tuan mempunyai hajat
Jangan disimpan didalam hati

Jati kami jati melayu
Jati tuan melayu deli
Janji tuan masa lalu
Kami nantikan setiap hari

Kini gendang kami tingkahkan
Mengiring lagu pelipur hati
Ini semua kami serahkan
Untuk ananda dirumah ini

Buah kelapa ditepi pantai
Dimakan enak diwaktu senja
Tiada harta yang kami nilai
Budi baik tuan yang bersahaja

Pucuk pisang di atas pematang
Diambil orang diwaktu pagi
Sungguhla jauh kami datang
Mendengar tuan yang berbudi

Buah nangka boleh dimakan
Diambil anak disore hari
Jangan lama tuan dihalaman
Ambil gayung siramkan kaki

Tabel kata berima pada pantun

Baris 1 dan 3 Baris 2 dan 4
Kubah, Berubah  Dirikan, Ssampaikan
Gelang. Siang Sampan, Di halaman
Memanjat, Hajat Merani, Hati
Pelangi, Janji Idaman, Ditanam
Kelat, Hajat Peti, Hati
Melayu, Lalu Deli, Hari
Tingkahkan, Serahkan  Hati, Ini
Pantai, Nilai Senja, Bersahaja
Pematang, Datang Pagi, Berbudi
Dimakan, Di halaman Hari, Kaki

https://www.kompas.com/skola/read/2022/03/07/090000469/memahami-pantun-melalui-tradisi-mengantar-cincin-pada-adat-melayu-riau

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke