Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rimpu, Pakaian Tradisional NTB

Pakaian Rimpu adalah pakaian adat khas dari Suku Bima yang mendiami wilayah NTB tepatnya di Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu.

Rimpu digambarkan dengan memakai sarung yang melingkar pada kepala dimana yang terlihat hanya wajah pemakainya.

Dikutip dari buku Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z (1995) karya M. Junus Melalatoa, Rimpu adalah pakaian tradisional kaum wanita Mbojo NTB yang memperhatikan kuatnya pengaruh Islam.

Seorang gadis yang menggunakan dua lembar kain sarung untuk menutupi tubuhnya sesuai dengan kaidah menutup aurat menurut ajaran Islam.

Di mana sarung yang satu dikenakan di bagian bawah dan sarung satunya lagi dililitkan sebagai penutup bagian atas sedemikian rupa, sehingga hanya mata yang terlihat.

Pakaian dengan cara pemakaian semacam itu disebut rimpu sampela. Namun, pada masa terakhir mereka sudah memperlihatkan seluruh wajahnya seperti wanita yang sudah menikah.

Kadang pada bagian bawahnya bukan lagi sarung melainkan rok biasa.

Sejarah Rimpu

Masuknya tradisi Rimpu ke Bima NTB bersamaan dengan masuknya Islam di wilayah tersebut.

Dikutip dari buku Uniquely Lombok-Sumbawa (2013) karya Gagas Ulung, pedagang Islam yang datang ke Bima terutama perempuan Arab menjadi inspirasi bagi perempuan Bima untuk mengidentikkan pakaian mereka dengan menggunakan Rimpu.

Keberadaan Rimpu juga tidak lepas dari upaya pemerintah untuk memanfaatkan kaian sarung atau kain tenun Bima yang telah menjadi komoditi perdagangan dunia sejak abad ke-13.

Saat itu semua perempuan yang sudah akil baliq diwajibkan memakai Rimpu apabila hendak bepergian meninggalkan rumah untuk sesuatau urusan.

Kalau tidak, berati sudah melanggar hukum agama dan adat pada saat itu.

Jenis Rimpu

Bentuk Rimpu mirip seperti mukena. Di mana satu bagian kepala hingga perut dan satu bagian lainnya menutupi perut hingga kaki.

Dikutip dari buku Jaringan Ulama dan Islamisasi Indonesia Timur (2020) karya Hilful Fudhul Sirajuddin Jaffar, salah satu model busana perempuan Bima yang disebut Rimpu merupakan akulturasi kebudayaan Melayu dengan kebudayaan Bima. Mode busana Rimpu adalah untuk menutup aurat.

  • Rimpu Colo

Rimpu Colo adalah sarung khas atau tembe nggoli yang dilingkarkan menjadi penutup kepala. Di mana tanpa menutup wajah perempuan.

Tembe Nggoli adalah kain tenun sarung khas Bima yang terbuat dari benang kapas atau katun. Kain tenun sarung tersebut memiliki beragam warna yang cerah dan bermotif khas sarung tenun tangan.

Biasanya busana tersebut dipakai pada perempuan yang sudah menikah.

  • Rimpu Mpida

Rimpu Mpida merupakan busana menutup aurat perempuan hingga menutup wajah, kecuali mata yang dibiarkan terbuka.

Busana tersebut menjadi simbol bahwa pemakaian adalah perempuan yang belum diperistrikan oleh seorang laki-laki.

Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud), adanya perbedaan penggunaan Rimpu yang masih gadis dengan yang telah bersuami sebenarnya secara tidak langsung menjelaskan kepada masyarakat terutama kaum pria tentang status wanita apakah wanita tersebut sudah berkeluarga atau masih gadis.

Inilah yang unik dari budaya Rimpu. Rimpu merupakan budaya dalam busana pada masyarakat Bima.

Budaya Rimpu sudah ada dan hidup serta berkembang sejak masyarakat Kota Bima ada.

Sekarang busana Rimpu hampir punah karena masyarakat sekarang sudah jarang menggunakan Rimpu untuk menutup aurat.

Karena banyak busana penutup aurat yang lebih modern bermunculan seperti jilbab atau kerudung.

https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/20/174500269/rimpu-pakaian-tradisional-ntb

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke