Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Periode Sastra Angkatan 70

Ada yang menyebut Angkatan 70 sebagai Angkatan 66, ada juga yang menyebutnya Angkatan 80. Padahal intinya sama saja. Pembabakan tersebut muncul karena ada usaha dalam dunia sastra untuk bangkit dari keterpurukan.

Namun secara umum orang-orang mengenalnya dengan Angkatan 70. Dilansir dari Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Dami N. Toda dalam kertas kerjanya, "Peta Perpuisian Indonesia 1970-an dan Sketsa", yang diajukan dalam diskusi sastra memperingati ulang tahun ke-5 Majalah Tifa Sastra UI (25 Mei 1977).

Dilansir dari Pengkajian Prosa Fiksi (2017) karya Andri Wicaksono, angkatan sastra periode 70-an lahir karena pergeseran sikap berpikir dan bertindak menghasilkan wawasan estetik dalam karya sastra bercorak baru, baik di bidang puisi, prosa, maupun drama.

Sastrawan di angkatan ini lebih berani untuk melakukan eksperimen dan terobosan dalam berkarya. Muncul karya sastra modern yang titik tolaknya dari sesuatu yang bersifat tradisional. Hal semacam itu disebut juga improvisasi.

Penerbit-penerbit juga perlahan bangit kembali, hingga dapat mencetak karya para sastrawan. Beberapa sastrawan yang menonjol pada periode ini adalah Sutarji Calzoum Bachri, Iwan Simatupang, Putu Wijaya, Arifin C. Noer, Danarto, dan Rendra.

Ciri-ciri karya sastra Angkatan 70 yang membedakan dengan periode lainnya adalah sebagai berikut:

https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/18/155124769/periode-sastra-angkatan-70

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke