Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penguatan Jati Diri Kebangsaan Indonesia

KOMPAS.com - Persamaan nasib dan penanggungan yang dialami pada masa kolonialisme bangsa Barat menjadi faktor yang tidak bisa terpisahkan dari kelahiran jati diri kebangsaan Indonesia.

Konsep revolusi dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Uni Soviet dan Perancis juga turut memberikan pengaruh dalam kelahiran kebangsaan Indonesia.

Revolusi-revolusi tersebut menyadarkan kaum bumiputra Indonesia akan pentingnya organisasi dan politik untuk mencapai kemerdekaan.

Pemuda Indonesia berpolitik

Dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, titik puncak penguatan jati diri kebangsaan Indonesia terjadi pada awal abad ke-20 Masehi melalui gerakan-gerakan kebangsaan yang dicetuskan oleh kaum pemuda dan golongan terpelajar.

Kaum pemuda pada sekitar tahun 1931 mendirikan organisasi bernama Indonesia Muda. Organisasi ini merupakan gabungan dari organisasi kedaerahan seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond dan Pemuda Indonesia.

Pada awalnya, organisasi Indonesia Muda dilarang terlibat dalam politik. Hal tersebut mendorong anggota Indonesia Muda untuk mendirikan perkumpulan lain yang menginduk pada organisasi politik yang ada di Indonesia masa itu seperti Suluh Pemuda, Pemuda Muhammadiyah, Anshor NU, PERPRI dan lainnya.

Dengan bergabungnya pemuda ke dalam organisasi politik, para pemuda mampu melakukan kegiatan politik dan menumbuhkan semangat nasionalisme sesuai dengan dinamika partai induknya.

Gerakan politik perempuan Indonesia

Dalam buku Perempuan Indonesia: Gerakan dan Pencapaian (2008) karya Cora Vreede-de Stuers, disebutkan bahwa organisasi perempuan turut meramaikan penguatan jati diri kebangsaan Indonesia.

Pada 1912, terbentuklah organisasi Putri Mardika yang merupakan organisasi perempuan pertama di Indonesia. Organisasi perempuan di Indonesia memiliki tujuan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan bumiputra dalam hal kesejahteraan ekonomi dan pendidikan.

Aktivitas utama dari organisasi ini adalah memberikan beasiswa serta pengajaran melalui majalah wanita Putri Mardika. Pasca 1912, perkembangan gerakan politik perempuan Indonesia semakin berkembang.

Perkembangan tersebut ditandai dengan berdirinya organisasi perempuan di berbagai daerah, seperti Aisyiyah, organisasi wanita Taman Siswa dan Kartini Fonds.

Ciri utama dari gerakan nasionalisme revolusioner di Indonesia adalah kritik tajam dan penolakan keras terhadap kebijakan pemerintah kolonial Belanda.

Dilansir dari buku Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia (2008) karya Harry A Poeze, tokoh pencetus gerakan nasionalisme revolusioner di Indonesia banyak yang ditahan dan diasingkan oleh Belanda.

Mereka dianggap terlalu provokatif dan berbahaya bagi stabilitas pemerintahan Hindia-Belanda.

Tan Malaka, Soekarno, Hatta, Ki Hadjar Dewantara adalah segelintir nama-nama yang dipenjarakan dan diasingkan oleh Belanda karena gagasan dan kritik mereka.

https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/24/134434069/penguatan-jati-diri-kebangsaan-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke