Kota berkembang mengikuti jumlah dan aktivitas manusia. Bentuk pertumbuhan tiap kota berbeda.
Ada tiga konsep klasik yang digunakan untuk menjelaskan pola keruangan kota. Ketiga teori itu yakni:
Berikut penjelasannya:
Teori konsentris
Menurut Ernest W Burgess dalam Introduction to the Science of Sociology (1921), manusia punya kecenderungan alamiah untuk berada sedekat mungkin dengan pusat kota.
Untuk mewujudkan itu, dikembangkan kota berbentuk konsentrik dengan pusat kota sebagai intinya.
Teorinya ini berdasarkan hasil pengamatannya terhadap kota Chicago tahun 1923. Berdasarkan teori Burgess, kota dibagi menjadi lima zona yakni:
Terdapat toko-toko besar, bangunan kantor, bank, rumah makan, pusat bisnis, dan sebagainya
Daerah ini terikat dengan zona pusat daerah kegiatan. Penggunaannya campuran antara pusat usaha dengan permukiman.
Masyarakat yang tinggal di daerah peralihan ekonominya tergolong miskin. Dalam perencanaan pembangunan kota, zona ini diubah menjadi kompleks perhotelan, parkir, dan jalan utama yang menghubungkan dengan daerah luarnya.
Zona ini dihuni pekerja kelas rendahan. Rumah-rumah yang ada di zona ini kecil-kecil.
Pekerja kelas menengah dengan keahlian dan pendidikan umumnya tinggal di zona ini. Kondisi rumahnya lebih baik.
Dihuni orang-orang dengan perekonomian baik seperti pengusaha dan pejabat.
Ini adalah daerah pinggiran yang warganya bekerja di kota dan harus pulang pergi cukup jauh.
Teori sektoral
Teori ini dicetuskan oleh Hommer Hoyt dan dimuat dalam The Structure and Growth of Residential Neighborhoods in American Cities (1939). Model pengembangan kota ini ditemukannya di Calgary, Kanada.
Dalam teori sektoral, zona yang ada di kota terbagi-bagi seperti bentuk pita.
Orang cenderung membangun aktivitas sedekat mungkin dengan jalur jalan utama. Dengan meningkatnya sistem jaringan jalan dan lalu lintas, maka aktivitas akan meningkat juga.
Lahan terbagi berdasarkan perbedan sektor sesuai dengan pengembangan daerah baru. Pembagian zonanya yakni:
Teori inti ganda
Teori inti ganda dicetuskan oleh CD Harris dan FL Ullman dan diterbitkan menjadi jurnal berjudul The Nature of Cities (1945).
Menurut mereka, satu kota tidak hanya terdapat satu CBD saja, tetapi bisa beberapa CBD.
Teori ini bisa kita lihat di kota-kota megapolis seperti Jakarta. CBD tidak hanya di Sudirman, namun juga di Thamrin dan Kuningan.
Menurut teori inti ganda, pertumbuhan kota satelit terjadi bila besaran kota telah mencapai ukuran tertentu.
Kota satelit akan tumbuh setelah kota utama (metropolitan) sudah sulit dikembangkan lagi.
Secara sosial ekonomi, kota satelit akan masih bergantung kepada kota induknya. Seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, warganya banyak beraktivitas di DKI.
Begitu pula pemerintahnya yang masih mengandalkan dana bantuan dari DKI Jakarta. Kota-kota penyangga itu terus berkembang seiring dengan terbatasnya ruang di Jakarta.
Pembagian zona berdsasarkan teori inti ganda yakni:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/16/140000169/teori-struktur-kota-konsentris-sektoral-dan-inti-ganda