Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Adakah Kehidupan Laut Dalam yang Belum Pernah Ditemukan?

Kompas.com - 26/11/2023, 20:00 WIB
The Conversation,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Apakah ada kehidupan di dalam laut yang belum ditemukan? - Haven W., usia 12 tahun, McKinney, Texas

Para ilmuwan pertama kali menemukan “asap putih” - ventilasi bawah air di mana air yang sangat panas mengendapkan mineral berwarna terang, terbuat dari kalsium dan silikon - di sebelah timur laut Kepulauan Galapagos pada 1977.

Kemudian, pada 1979, mereka menemukan “asap hitam”, yang terbuat dari mineral yang lebih gelap dan kaya akan logam seperti besi sulfida, di perairan ujung selatan Baja Meksiko.

Saya tengah bekerja di Wood Hole Oceanographic Institution, yang merancang dan membangun robot bawah laut Alvin, ketika perokok hitam ditemukan.

Air di sekitar ventilasi laut sangat panas sehingga ujung plastik pada termometer eksternal Alvin meleleh.

Baca juga: Mengapa Menjelajah Laut Dalam Berbahaya?

Kami khawatir akan keselamatan para peneliti dan pilot di Alvin karena plastik tebal pada lubang intip memiliki komposisi yang sama dengan ujung termometer.

Untungnya, Alvin didesain dengan baik, dan semua orang selamat. Bahkan, Alvin telah diperbarui berkali-kali; para ilmuwan masih menggunakannya untuk menjelajahi bagian dalam lautan.

Kepiting berbulu dan cacing bercahaya

Setiap tahun, para ilmuwan menemukan spesies laut baru. Beberapa berenang di air yang dalam atau merangkak dan menggeliat di dekat atau di dasar laut.

Beberapa spesies, seperti bakteri yang tumbuh lambat yang menghuni kerak laut dalam, nyaris tidak bergerak sama sekali.

Hanya dalam dua tahun terakhir, para peneliti telah menemukan lusinan spesies baru di lautan. Misalnya, ada kepiting spons “berbulu” (Lamarckdromia beagle), yang menghiasi cangkangnya dengan spons, mungkin sebagai kamuflase dari predator.

Penemuan mencolok lainnya, Rose-veiled fairy wrasse (Cirrhilabrus finifenmaa), adalah ikan karang berwarna merah muda yang menakjubkan dari Maladewa, sebuah negara kepulauan di Samudra Hindia.

Di Australia, para ilmuwan telah berspekulasi selama bertahun-tahun tentang asal-usul kasus telur hiu yang tidak biasa di Koleksi Ikan Nasional negara mereka.

Pada Mei 2023, mereka mengidentifikasi spesies hiu baru yang menghasilkan telur tersebut: hiu hantu atau hiu setan (Apristurus ovicorrugatus), yang dinamai karena matanya memiliki iris putih sehingga tampak menyeramkan.

Baca juga: Mengenal Cumi-cumi Raksasa, Penghuni Laut Dalam yang Misterius

Tiga spesies baru yang paling menarik adalah cacing laut bioluminescent yang memancarkan cahaya ungu kebiruan.

Para peneliti yang menemukan cacing tersebut di perairan dangkal dekat Jepang menamai salah satunya Polycirrus ikeguchi, sesuai dengan nama ahli biologi kelautan Jepang yang terkenal bernama Shinichiro Ikeguchi.

Mereka menamai dua ekor lainnya Polycirrus aoandon, yang berarti “hantu lentera biru”, dan Polycirrus onibi, yang berarti “setan api”. Kedua nama tersebut merujuk pada roh dalam cerita rakyat Jepang.

Kamu dapat mengikuti penemuan-penemuan baru saat mereka dimasukkan ke dalam Daftar Spesies Laut Dunia. Dengan 90 persen kehidupan laut yang masih harus dideskripsikan, akan ada banyak penemuan baru yang dirilis di masa depan.

Suzanne OConnell
Harold T. Stearns Professor of Earth Science, Wesleyan University

Artikel ini tayang di Kompas.com berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambil dari artikel asli berjudul "Apakah ada kehidupan di dalam laut yang belum ditemukan?". Isi di luar tanggung jawab Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com