Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Lincah Andadari
Peneliti BRIN

Peneliti di Pusat Riset Zoologi Terapan, BRIN

Membangkitkan Kejayaan Sutra Indonesia

Kompas.com - 20/10/2023, 13:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Mengingat ulat sutra adalah hewan berdarah dingin (poikilotherm), yang berarti suhu tubuhnya berubah-ubah sesuai dengan suhu lingkungannya, produksi sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.

Suhu lingkungan memengaruhi kelembaban dan berimbas pada fisiologi ulat. Untuk pertumbuhan normal, suhu ideal ulat sutra adalah 20–28 derajat celcius dengan kelembaban 70-85 persen.

Salah satu faktor penyebab turunnya produksi benang sutra, terutama di Sulawesi Selatan sebagai pusat sutra nasional, adalah kekurangan telur ulat sutra yang berkualitas tinggi dan tahan terhadap iklim lokal.

Selama ini telur ulat sutra yang berkembang merupakan telur ulat produksi Pehutani dengan nama dagang C301 yang merupakan hibrid B. mori L. antara betina ras Jepang dan jantan ras China.

Jenis ini mempunyai keunggulan filamen yang Panjang (750 – 900 m) dan daya gulungnya 80 – 85 persen. Produktivitas jenis ini adalah 25 – 30 kg per boks. Namun Perhutani tidak lagi memproduksi hibrid ini sejak 2010.

Kementerian LHK melalui Badan Litbangnya sejak 2009-an, terus mengembangkan hibrid unggul. Salah satu produknya adalah BS 09 yang kemudian dikembangkan oleh Perhutani.

Pada 2013, KLHK kembali meluncurkan jenis hibrid baru, yaitu PS 01, disusul hibrid SINAR Puslitbang Hutan pada 2019.

Sama seperti bibit C301 dari Perhutani, kedua jenis hibrid produk KLHK merupakan hibrid persilangan betina ras Jepang dan jantan ras China, namun masing-masing berasal dari galur yang berbeda.

PS 01 mempunyai keunggulan rasio kulit kokon (21,77 – 25,42 persen), daya tetas (90 - 96 persen) dan panjang filamen (808 – 1003 m).

Jenis ini mempunyai produktivitas 35 – 40 kg per boks dan sudah diluncurkan sebagai hibrid unggul berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No: SK 794/Menhut-II/2013.

SINAR Puslitbang Hutan mempunyai keunggulan rasio kulit kokon (20,31 – 21, 87 persen), daya tetas (90 – 95,33 persen) dan panjang filamen (1.008,4 – 1.102,8 m).

Jenis ini mempunyai produktivitas 38,92 – 40 kg per boks dan telah dinyatakan sebagai hibrid unggul berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No: SK.300/Menlhk/Setjen/KUM.1/4/2019).

Kedua hibrid diharapkan menjadi pengganti bibit sebelumnya yang sudah tidak diproduksi lagi. Namun, sangat disayangkan, kedua hibrid unggul belum banyak digunakan oleh petani sutra karena berbagai sebab. Salah satunya akibat terbatasnya akses informasi dan diseminasi produk yang sangat kurang.

Kualitas dan produktifitas murbei

Daun murbei (Morus sp.) merupakan satu-satunya makanan ulat sutra B. mori. Daun murbei berpengaruh sekitar 28 – 30 persen dalam produksi kokon.

Karakteristik lingkungan Indonesia sebagai negara agraris sangat ideal untuk tempat tumbuh tanaman murbei karena intensitas sinar matahari yang tinggi sepanjang tahun dan ketersediaan lahan terbuka.

Banyak jenis murbei yang dapat berkembang di Indonesia, di antaranya adalah Morus cathayana Hemsl., M. alba L., M. nigra L., M. multicaulis (Perr.) Loudon, M. australis Poir, dan M. bombycis Koidz.

Jenis M. cathayana menjadi spesies murbei yang paling banyak dibudidayakan karena memiliki beberapa keunggulan, seperti lebih mudah tumbuh, cocok ditanam di mana saja, serta menghasilkan lebih banyak daun.

Sayang produktivitas tanaman murbei di Indonesia masih sangat rendah, hanya 8 ton/ha/tahun. Ini baru sekitar 36,2 persen tingkat produktifitas murbei di China yang mencapai 22 ton/ha/tahun.

Pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas baru yang produktif dan tahan terhadap berbagai lingkungan adalah solusi untuk masalah ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com