Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Menyelisik Bisingnya Suara Permainan Lato-Lato

Kompas.com - 30/01/2023, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Denny Hermawanto*

PERMAINAN lato-lato terdiri atas dua buah bola bandulan yang terbuat dari plastik yang masing-masing digantung menggunakan seutas tali.

Kedua buah tali bandulan tersebut kemudian dihubungkan dengan sebuah cincin untuk pegangan.

Baca juga: Studi Global Ungkap Lebih dari 100 Zat Berbahaya Ada di Mainan Plastik Anak

 

Cara memainkan lato-lato adalah dengan mengayunkan pegangan tersebut sehingga dua bola bandulan tersebut saling berbenturan dan menimbulkan bunyi.

Pemain yang sudah lihai dapat dapat membenturkan bola lato-lato tersebut dengan stabil dan dalam waktu yang lama.

Bunyi yang ditimbulkan permainan ini terdengar khas dan keras di telinga.

Dengan semakin populernya permainan ini, semakin banyak yang memainkannya dengan tidak mengenal tempat dan waktu.

Banyak yang mengeluhkan bahwa suara yang dihasilkan oleh permainan ini berisik dan mengganggu kenyamanan. Bahkan ada beberapa daerah yang telah melarang permainan ini karena dampak kebisingan yang ditimbulkannya.

Pengaruh suara lato-lato terhadap pendengaran dapat dianalisis berdasarkan kurva Fletcher-Munson.

Sebagai penjelasan, kurva Fletcher Munson menggambarkan persepsi telinga terhadap keras atau lemahnya suara saat mendengar suara dengan tingkat kekerasan bunyi yang sama di semua rentang frekuensi dengar manusia.

Dalam ilmu psychoacoustics, fenomena ini disebut dengan loudness level yang memiliki satuan ukuran phon.

Sebagai contoh, loudness level 40 phon menunjukkan bahwa suara dengan tingkat kekerasan bunyi sebesar 40 desibel (dB) pada frekuensi 1.000 Hz akan dipersepsikan sama kerasnya dengan suara pada frekuensi 100 Hz dengan tingkat kekerasan bunyi sebesar 64 dB dan sama kerasnya dengan suara pada frekuensi 4.000 Hz dengan tingkat kekerasan bunyi sebesar 36 dB.

Baca juga: Anak Menelan Permen Karet, Mainan, atau Benda Berbahaya, Harus Apa?

Kurva ini menunjukkan bahwa dengan tingkat kekerasan bunyi yang sama, suara akan terdengar lemah jika suara tersebut adalah frekuensi rendah, namun akan dipersepsikan keras oleh telinga apabila suara tersebut adalah frekuensi tinggi, khususnya di rentang antara 2.000 Hz sampai dengan 5.000 Hz.

Pengukuran menggunakan alat spectrum analyzer menunjukkan suara yang dihasilkan dari benturan bola lato-lato adalah pada rentang frekuensi antara 3.000 Hz sampai dengan 5.000 Hz.

Hal ini menunjukkan bahwa suara yang dihasilkan oleh lato-lato berada di rentang frekuensi yang sensitif bagi telinga manusia.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com