Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Gempa Dangkal seperti Gempa Cianjur Lebih Destruktif?

Kompas.com - 03/01/2023, 09:33 WIB
The Conversation,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Kemudian pada tahun 2006, gempa bumi Yogyakarta dengan kekuatan 6,3 skala Richter terjadi. Peristiwa yang luar biasa ini menewaskan hingga 5.749 orang.

Selama beberapa generasi, gempa bumi besar belum pernah terjadi di daerah lain di Pulau Jawa.

Karena hal ini, tidak banyak perhatian yang diberikan terkait konstruksi bangunan, sehingga banyak bangunan lemah akan runtuh ketika gempa terjadi.

Masa kolonial yang sangat berbeda

Sejarah gempa bumi di Jawa pada masa kolonial melukiskan gambaran yang sangat berbeda. Studi terbaru kami menunjukkan banyak gempa bumi yang menimbulkan kerusakan telah terjadi di Jawa sejak abad ke-17.

Setidaknya sembilan gempa bumi sejak tahun 1865 telah menyebabkan guncangan yang begitu parah sehingga hampir pasti merupakan peristiwa gempa yang dangkal.

Baca juga: Apa Saja Mitigasi Gempa yang Harus Dilakukan, Belajar dari Gempa Cianjur?

Ini termasuk dua gempa bumi di dekat Wonosobo di Jawa Tengah pada tahun 1924 yang menjadi penyebab bencana tanah longsor yang menewaskan hampir 900 orang.

Dalam penelitian terbaru kami, kami juga mendokumentasikan getaran yang sangat ekstrem yang disebabkan oleh gempa pada 25 Oktober 1875 di dekat Kuningan, Jawa Barat.

Seorang saksi mata menggambarkan dirinya terlempar dari kursi dan melihat sekawanan sapi terlempar dari tanah.

Gempa bumi yang menyebabkan kerusakan juga pernah terjadi di Cirebon pada tanggal 16 November 1847. Peristiwa ini diperkirakan menyebabkan aliran sungai setinggi 5 meter karena kekuatannya yang mencapai 7 skala Richter atau bahkan lebih besar.

Cianjur, lokasi gempa minggu ini, telah mengalami setidaknya satu gempa bumi yang menyebabkan kerusakan hebat, yaitu pada 28 Maret 1879, yang menyebabkan runtuhnya beberapa bangunan dengan korban jiwa.

Fakta kehidupan

Ahli geologi sangat memahami bahwa gempa bumi adalah fakta kehidupan di Pulau Jawa.

Selama dua dekade terakhir, para ahli geologi telah mengidentifikasi banyak retakan atau sambungan di kerak bumi di Jawa yang cenderung aktif, tetapi hanya segelintir yang telah dipelajari secara detail.

Patahan Lembang di pinggiran Bandung, kota terbesar keempat di Indonesia (dengan populasi 8,8 juta, yang lokasinya berlawanan dengan Cianjur 170.000), adalah salah satu dari sedikit bukti geologis dari aktivitas gempa prasejarah yang telah ditetapkan.

Patahan ini diperkirakan mampu menghasilkan gempa berkekuatan 6,5–7,0 skala Richter setiap 170–670 tahun.

Baca juga: Sejarah Gempa Cianjur Tercatat Pertama Kali Terjadi pada Tahun 1844

Selain Yogyakarta, patahan aktif lainnya diketahui mengancam Kota Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Ini tidak menutup kemungkinan bahwa patahan lain juga mengancam daerah-daerah lain di luar ketiga kota tersebut.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com