Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ledakan Keanekaragaman Reptil 250 Juta Tahun Lalu Terjadi karena Pemanasan Global

Kompas.com - 21/08/2022, 10:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah penelitian baru menemukan, bahwa ledakan keragaman reptil terjadi sekitar 250 juta tahun lalu.

Ledakan keragaman itu menurut peneliti disebabkan oleh kenaikan suhu yang mungkin telah dimulai jutaan tahun sebelumnya.

"Perubahan iklim secara langsung memicu respons adaptif reptil untuk mengembangkan tubuh baru dan ledakan kelompok," kata Tiago R. Simoes, peneliti dari Harvard University.

Dikutip dari New Scientist, Sabtu (20/8/2022) menjelang akhir Periode Permian sekitar 250 juta tahun yang lalu, dua letusan gunung berapi besar menyebabkan suhu global meningkat sekitar 30 derajat Celcius.

Baca juga: Mengenal Kura-kura, Reptil yang Bisa Hidup Ratusan Tahun

Letusan gunung berapi juga melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca ke atmosfer yang mengakibatkan efek pemanasan global yang sangat besar. Gelombang panas pun terjadi selama kira-kira 20 juta tahun.

Simoes mengungkapkan, letusan itu memang tak setenar tumbukan asteroid yang menjadi penyebab kepunahan dinosaurus.

Tapi menurutnya, letusan gunung berapi itu merupakan salah satu pemicu peristiwa kepunahan massal yang paling merusak dalam sejarah planet Bumi, dengan letusan kedua yang lebih kuat dan memusnahkan 86 persen spesies, salah satunya mamalia.

Berbeda dengan nenek moyang mamalia yang kemudian mati secara massal, dalam peristiwa tersebut peneliti menemukan, bahwa reptil justru berevolusi dengan kecepatan sangat tinggi.

Itu terjadi mulai dari mahluk mirip tokek kecil di darat hingga ichthyosaurus yang mendominasi di laut.

"Kami menunjukkan bahwa kenaikan suhu selama Permian-Triassic menyebabkan kepunahan banyak hewan, termasuk banyak nenek moyang mamalia. Tapi di sisi lain juga memicu ledakan evolusi lainny,a terutama reptil yang mendominasi periode Triassic," papar peneliti seperti dikutip dari Phys.

Dalam studi ini, Simoes bersama rekan-rekannya menghabiskan delapan tahun untuk mengukur dan membandingkan fosil amniota di museum.

Amniota adalah nenek moyang mamalia, reptil, dan burung yang hidup di periode 70 juta tahun sebelum dan 70 juta tahun setelah peristiwa kepunahan besar itu.

Tim peneliti kemudian menyusun 348 karakteristik morfologi, seperti dimensi tengkorak dan panjang ekor untuk 1000 spesimen fosil dari 125 spesies.

Kemudian, tim membandingkan informasi tersebut dengan suhu global selama periode yang sama.

Analisis statistik mereka mengungkapkan, bahwa tingkat reptil dalam hal jumlah dan keanekaragaman meningkat sekitar 40 juta tahun sebelum letusan dramatis, menunjukkan keberhasilan adaptif reptil terkait dengan iklim yang memanas.

"Saat perubahan iklim mencapai puncaknya, reptil telah berevolusi cukup cepat," kata Simoes.

Baca juga: Udang dan Cacing Jadi Hewan Pertama yang Pulih Usai Kepunahan Massal 252 Juta Tahun Lalu

Temuan ini pun mengguncang cara berpikir ahli paleontologi mengenai evolusi reptil.

"Iklim baru itu sendiri dapat merangsang evolusi untuk akhirnya menghasilkan bentuk-bentuk reptil baru yang sangat beragam," papar Christoper J.Raxworthy dari American Museum of Natural History New York.

Ke depannya, peneliti berencana untuk memperluas studi ini dengan menyelidiki dampak bencana lingkungan pada evolusi organisme dengan keragaman modern yang melimpah, seperti kelompok utama kadal dan ular.

Studi ini dipublikasikan di Science Advances.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com