Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden AS Joe Biden Alami Rebound Covid-19, Kondisi Apa Itu?

Kompas.com - 01/08/2022, 20:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber NBC News

KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dilaporkan kembali terinfeksi virus corona, usai dinyatakan sembuh.

Dokter menyebut, kondisi Biden sebagai rebound Covid atau kekambuhan yang rentan dialami pasien yang mengonsumsi Paxlovid, obat produksi Pfizer.

Dokter Gedung Putih Dr Kevin O'Connor dalam sebuah surat pada hari Sabtu lalu mengungkapkan, Biden kembali mengalami Covid-19 setelah menjalani tes.

Baca juga: Sudah Pernah Kena Covid-19 Bisa Terinfeksi Lagi, Apa Penyebabnya?

O'Connor menjelaskan, pasien Covid-19 umumnya bisa sembuh dari penyakit, namun masih bisa kembali dinyatakan positif setelahnya.

“Karena itu, tidak ada alasan untuk memulai kembali pengobatan saat ini, tetapi kami jelas akan melanjutkan pengamatan yang cermat,” terangnya dilansir dari NBC News, Rabu (27/7/2022).

Untuk diketahui, Paxlovid merupakan obat antivirus yang biasanya diberikan pada pasien Covid-19 dengan risiko mengalami gejala parah.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah memberikan izin penggunaan darurat Paxlovid untuk pasien berusia 12 tahun ke atas.

Di sisi lain, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan, bahwa hanya sebagian kecil orang yang menggunakan Paxlovid melaporkan efek 'rebound' seperti yang dialami Biden.

"Ketika Anda melihat penelitian, umumnya tidak sering terjadi," kata Dr. Anthony Fauci, kepala penasihat medis Presiden Joe Biden.

Fauci, yang juga terinfeksi Covid-19 pada bulan Juni lalu, mengakui dirinya telah mengalami rebound Covid-19.

Adapun gejala yang ditimbulkannya termasuk pilek, sakit tenggorokan, dan demam yang muncul kembali setelah dinyatakan sembuh.

Prevalensi rebound Covid-19 mencapai 5 persen

Uji klinis Pfizer terhadap pasien yang mengonsumsi Paxlovid menunjukkan, sekitar 1 hingga 2 persen orang dinyatakan positif virus corona lagi setelah sembuh atau rebound Covid.

Koordinator respons Covid Gedung Putih, Dr. Ashish Jha berkata, tingkat rebound Covid-19 mencapai angka 5 persen di antara puluhan ribu orang yang telah menggunakan obat.

"Jika Anda melihat Twitter, rasanya semua orang telah pulih. Tapi ternyata sebenarnya ada data klinis," ucap Jha.

Baca juga: Kasus Covid-19 Omicron Cenderung Banyak Terjadi Reinfeksi, Kok Bisa? Ini Penjelasannya

 

Sebuah penelitian kecil pada bulan Juni menemukan, bahwa kurang dari 1 persen pasien Covid-19 mengalami gejala kembali setelah sembuh rata-rata sekitar sembilan hari, usai menggunakan Paxlovid.

Dalam penelitian lebih besar terhadap 13.600 pasien Covid-19, yang belum ditinjau oleh rekan sejawat, sebanyak 6 persen gejalanya hilang kembali dalam sebulan setelah perawatan.

Aditya Shah, spesialis penyakit menular di Mayo Clinic yang memimpin penelitian kecil tersebut memaparkan, bahwa sulit bagi pasien untuk mendiagnosis sendiri kasus rebound Covid.

"Jumlah sebenarnya dari kasus rebound bisa mencapai 5 hingga 10 persen, tetapi saya tidak berpikir itu biasa seperti yang diperkirakan masyarakat umum," ujar Shah.

Berkaitan dengan itu, CDC menyatakan gejala Covid-19 bisa sembuh sekitar dua hingga delapan hari setelah konsumsi Paxlovid dihentikan.

Orang yang terus dinyatakan positif Covid-19 mungkin masih bisa menularkan, sehingga CDC merekomendasikan agar mereka kembali isolasi, setidaknya selama lima hari jika penyakitnya kambuh.

Baca juga: Varian Omicron Lebih Mudah Reinfeksi atau Infeksi Ulang, Begini Penjelasan Ahli

Perawatannya diperkirakan tidak lama

Beberapa ahli penyakit menduga, regimen Paxlovid terlalu pendek untuk membersihkan virus pada orang-orang tertentu.

Profesor kedokteran di Michigan State University, Dr. Peter Gulick menuturkan, kekebalan alami tidak dapat bekerja dengan cukup cepat, karena pasien harus mengonsumsinya dalam waktu lima hari sejak gejala muncul.

"Ketika seseorang menggunakan Paxlovid, itu mungkin menurunkan viral load itu ke titik di mana tubuh tidak bereaksi secara klinis dengan segala jenis peradangan," papar Gulick.

Beberapa orang mungkin masih memiliki virus yang tertinggal di tubuh mereka, terutama apabila memiliki viral load tinggi atau virus menyebar ke wilayah yang tidak dapat dijangkau dengan mudah oleh obat-obatan. Dalam hal ini, gejala pun pada akhirnya bisa kembali.

Pakar penyakit memaparkan, bahwa ada kemungkinan orang yang lebih tua, atau orang dengan gangguan sistem kekebalan lebih mungkin kembali bergejala maupun positif virus corona, setelah menggunakan Paxlovid, tetapi belum ada data yang baik untuk mendukung teori tersebut.

Bagaimanapun, mereka mencatat gejala rebound Covid tampaknya lebih ringan dari infeksi sebelumnya.

"Paxlovid bekerja sangat baik dan mencegah penyakit serius, rebound atau tidak rebound. Itulah mengapa presiden mengonsumsinya," pungkas Jha.

Baca juga: 7 Fakta Paxlovid, dari Efektivitas untuk Pasien Covid-19 hingga Dosis Lengkapnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com