Piprim menjelaskan, untuk mendeteksi hepatitis akun misterius pada anak-anak ini, akan dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Pada pemeriksaan laboratorium, bisa didapatkan peningkatan hasil Serum Glutamin Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT).
Keduanya adalah enzim yang membantu organ hati mencerna protein dan lemak.
Pada anak dengan hepatitis akut misterius, hasil pemeriksaan laboratorium terkait SGOT dan SGPT bisa mencapai lebih dari 500 unit/liter atau lebih dari 10 kali dari nilai normal.
Baca juga: 6 Fakta Penyakit Hepatitis Akut Misterius pada Anak yang Harus Diketahui
Saat ditemukan hasil pemeriksaan ALT (SGPT) dan AST (SGOT) tinggi lebih dari 500, maka akan dilakukan pemeriksaan lanjutan yang mencakup beberapa hal berikut.
- IgM anti-HAV
- HBsAg
- IgM anti-HBc (bila HBsAg positif)
- Anti-HCV atau HCV RNA
- IgM anti-HDV (bila HBsAG positif)
- IgM anti-HEV
Seorang anak akan dinyatakan sebagai probable hepatitis akut misterius apabila hasil pemeriksaan minimal yang ada yaitu IgM anti-HAV negatif, HBsAg negatif atau IgM anti-HBc negatif (pada HBsAg positif), dan Anti-HCV atau HCV RNA negatif.
Probable hepatitis akut ini juga dikategorikan kepada mereka yang berusia kurang dari 16 tahun, sejak 1 Oktober 2021.
Gejala-gejala umum seperti demam, mual, muntah, dan tidak nafsu makan biasanya akan menghilang sendiri setelah satu sampai dua minggu.
Sedangkan, berubahnya kulit dan mata menjadi warna kuning akan memuncak sekitar 2 minggu setelah munculnya gejala dan hilang sedikit lebih lama.
Untuk mengatasi hepatitis akut, perlu diketahui penyebabnya terlebih dahulu agar bisa diberikan pengobatan dengan tepat.
Jika hepatitis akut disebabkan oleh virus, biasanya pasien akan sembuh dalam waktu 4 sampai 8 minggu.
Namun, jika hepatitis terjadi karena kerusakan hati akibat infeksi virus yang parah, konsumsi obat-obatan dan alkohol berlebihan, hepatitis bisa memicu terjadinya gagal hati.
Kegagalan hati membuat hati tidak bisa menghasilkan protein yang membantu pembekuan darah.
Selain itu, hati tidak bisa lagi menyaring racun dari darah. Jika dibiarkan, racun akan berkumpul di otak dan menyebabkan menurunnya fungsi otak.
Kondisi ini disebut dengan ensefalopati hepatik. Jika pasien tidak mendapatkan donor hati, kegagalan hati bisa menyebabkan seseorang mengalami koma hingga kematian.
Baca juga: Kasus Diduga Hepatitis Akut Misterius di Indonesia Kemungkinan Bertambah, Ini Kata Kemenkes