Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BRIN Gunakan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau

Kompas.com - 17/04/2022, 16:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

 

Teknologi modifikasi cuaca dinilai menjadi solusi penanganan karhutla

Sementara itu, Plt Deputi Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN, Yan Rianto, menuturkan bencana kabut asap karhutla perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah.

Sebab, kejadiannya bisa berlangsung dalam waktu yang cukup panjang dan sering kali menyebabkan kerugian besar.

“Selain merusak keanekaragaman hayati dalam ekosistem hutan, dampak negatif kabut asap lainnya adalah terganggunya lalu lintas transportasi udara, serta lumpuhnya berbagai aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat di daerah terdampak bencana," imbuhnya. 

Dia menambahkan, diperlukan langkah-langkah mitigasi untuk mengantisipasi risiko bencana kebakaran hutan dan lahan akibat kemunculan titik api di sejumlah wilayah provinsi rawan bencana.

Baca juga: Ingin Atasi Polusi Udara Jakarta, BPPT Tawarkan Teknologi Modifikasi Cuaca

Salah satunya adalah menggunakan teknologi modifikasi cuaca. Adapun operasi TMC telah dilakukan sejak Kamis lalu, sementara BRIN telah menyiapkan bahan semai berupa bubuk NaCl.

“Selain personel yang bertugas di Posko, kami juga menempatkan personel di pos meteorologi di Dumai dan Pelalawan untuk memberikan laporan data cuaca, visual pertumbuhan awan dan kondisi lapangan setiap jamnya ke posko untuk dianalisa, guna menentukan strategi penyemaian awan setiap harinya," ungkap Koordinator lapangan operasi TMC di Riau, Chandra Fadhilah .

Di sisi lain, Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC BRIN, Budi Harsoyo, menyampaikan operasi teknologi modifikasi cuaca telah menjadi solusi untuk menangani kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.

Misalnya, pada bencana El Nino di tahun 2019 yang mengakibatkan karhutla, saat itu TMC dilakukan dengan tujuan pemadaman api (fire suppression).

"Target Operasi TMC kali ini adalah untuk menjaga tinggi muka air tanah gambut agar tetap berada di batas atas ambang batas (treshold) kekeringan, sehingga lahan gambut tidak mudah terbakar dan potensi kejadian karhutla dapat dikurangi,” pungkas Budi.

Baca juga: Macam-macam Penyebab Kebakaran Hutan, 90 Persen akibat Ulah Manusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com