Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Es Arktik Mencair pada Tingkat yang Mengkhawatirkan

Kompas.com - 16/03/2022, 12:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Data satelit terbaru telah mengungkapkan bahwa es di Arktik mencair pada tingkat yang mengkhawatirkan. Hal itu terjadi karena kelebihan panas yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca manusia.

Es multiyear atau es yang ada selama beberapa tahun, disebut peneliti mengalami penurunan lapisan sekitar 16 persen hanya dalam tiga tahun.

Setidaknya es multiyear tersebut 50 sentimeter lebih tipis pada tahun 2012 daripada tahun 2019.

Lapisan kemudian digantikan oleh es laut musiman yang tak terlalu permanen yang mencair sepenuhnya setiap musim panas.

Baca juga: PBB Konfirmasi Suhu Terpanas di Arktik Terjadi Tahun Lalu

Es multiyear dikenal lebih tebal dan karena itu lebih tahan terhadap pencairan daripada es musiman.

Namun mulai menipisnya es itu dan tergantikan oleh es musiman, membuat volume es laut Arktik pun secara keseluruhan diperkirakan akan berkurang dengan cepat.

"Kami benar-benar tak mengharapkan untuk melihat penurunan ini, karena es menjadi lebih tipis hanya dalam tiga tahun yang singkat," kata Sahra Kacimi, ilmuwan dari Jet Propulsion Laboratory di California Institute of Technology.

Sementara itu data satelit menunjukkan selama 18 tahun terakhir, es laut musim dingin di Samudra Arktik telah kehilangan sepertiga volumenya atau sekitar 6000 kilometer kubik volume es telah hilang selama rentang waktu tersebut.

Mengutip Science Alert, Selasa (15/3/2022), hasil studi ini merupakan studi pertama yang menggunakan data satelit selama bertahun-tahun untuk memperkirakan ketebalan es dan kedalaman salju di atasnya.

"Kedalaman salju Arktik, ketebalan es salju, dan volume merupakan tiga pengukuran yang sangat menantang untuk diperoleh," kata Ron Kwok, peneliti dari University of Washington.

Data pengukuran ini sendiri berasal dari satelit ICESat-2 dan radar CryoSat-2 yang mengorbit Bumi.

Yang membuat penelitian ini penting adalah bagaimana peneliti kemudian menggabungkan teknologi LiDAR dari ICESat-2, yang diluncurkan tiga tahun lalu dan teknologi radar CryoSat-2.

Teknologi LiDAR diketahui menggunakan laser, sementara radar menggunakan gelombang radio. Keduanya mendeteksi objek berdasarkan pantulan yang dipantulkan kembali ke objek tersebut.

Tanpa data ini menilai ketebalan es itu rumit karena salju dapat memperberat dan mengubah cara es mengapung di lautan.

Sedangkan menggunakan catatan iklim untuk memperkirakan kedalaman salju membuat peneliti melebihkan pengukuran ketebalan es laut hingga 20 persen atau 20 sentimeter.

Baca juga: Akibat Es Laut Arktik Mencair, Beruang Kutub Kejar dan Mangsa Rusa

Lebih lanjut penurunan tajam es di Arktik ini tentu memprihatinkan, karena berkurangnya es berarti akan terjadi gangguan yang besar terhadap ekosistem.

Ini pada akhirnya dapat mengubah arus laut dan kemungkinan besar juga mempercepat perubahan iklim yang terjadi di sekitar kita.

Mengurangi emisi bahan bakar fosil pun menjadi salah satu solusi yang dapat menghentikan hal tersebut.

Penelitian ini dipublikasikan di Geophysical Research Letters.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com