Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Vista Budiariati

Dosen Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Cara Membuat Daging Sintetis dan Potensi Futuristiknya (3)

Kompas.com - 06/03/2022, 18:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Vista Budiariati dan Erwin Fajar Hasrianda

Belakangan ini di negara maju, daging sintesis telah tersedia untuk pasar masyarakat umum. Di sini kita akan bersama-sama menggali lebih dalam apa itu daging sintesis dan akan dapat berkembang sejauh apa teknologi ini di masa depan ?

Inisiasi ide daging sintesis atau daging in vitro merupakan kombinasi imajinasi dan pemikiran ilmiah dan sudah dikemukakan jauh sebelum fasilitas-fasilitas laboratorium modern berkembang.

Gagasan daging in vitro ini diprediksi memiliki potensi untuk menjadi kenyataan di masa depan oleh beberapa tokoh seperti politisi Frederick Edwin Smith, Winston Churchill dalam esainya yang berjudul Fifty Years Hence, bahkan Rene Barjavel dalam novel yang ditulisnya pada tahun 1943 menceritakan daging in vitro yang tersedia di restoran.

Baca juga: Potensi Daging Sintetis untuk Pemenuhan Pangan Masa Depan (1)

Percobaan ide ini pertama kali dilakukan oleh Alexis Carrel yang melakukan kultur otot daging ayam pada cawan petri di Rockefeller Institute, New York sekira tahun 1912-1946 (Balasubramanian dkk, 2021).

Pada perjalanannya, gagasan dan ide gila daging in vitro ini tentu saja tidak mudah untuk dapat diterima dan diaplikasikan secara luas.

Sejarah membuktikan, bahwa penemuan penemuan besar seringkali lahir dari ribuan kali kegagalan.

Ibarat Thomas Alva Edison melakukan ribuan kali percobaan sebelum lampu pijar dengan percaya diri dia tunjukkan kepada dunia, demikian juga gagasan daging in vitro menyimpan banyak tantangan dan hambatan dalam perjalanannya.

Secara teknis tantangan ketersediaan teknologi produksi bukanlah merupakan hal sepele dalam pengembangan daging secara in vitro.

Aspek Teknis Daging In Vitro

Secara sederhana daging in vitro ini dibuat dengan cara menumbuhkan sel hidup hewan di media tumbuh kultur jaringan.

Di media dan lingkungan yang tepat, sel hewan akan memperbanyak dirinya sampai jumlah yang cukup besar untuk dipanen.

Perbanyakan dilakukan di bioreaktor yang didesain khusus. Proses produksi daging in vitro secara umum dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu isolasi-disosiasi-koleksi sel, kultur sel, kultur produksi massal daging in vitro (Sato, 2020).

Berdasarkan catatan yang ada, pada tahun 1953, Willem Van Eelen telah mulai mengemukakan ide kultur daging berbasis rekayasa atau kultur jaringan.

National Advisory Committee for Aeronautics (NASA) kemudian mengeksekusi ide ini bekerja sama dengan peneliti dari Jerman menggunakan daging ‘in vitro’ sebagai makanan untuk astronot setelah adanya persetujuan etik dari panelis pada tahun 1997.

Kemajuan revolusioner tercatat pada tahun 2013 ketika burger dengan bahan daging in vitro yang disajikan oleh Riverside Studios, London.

Beberapa proyek daging kultur kemudian bermunculan seperti proyek Shojin Meat, Memphis Meat, Super Meat, dan Finless Foods pada tahun 2014 hingga 2017. Hingga pada Desember 2020, Eat, perusahaan start up yang berbasis di Amerika Serikat memulai debut daging ayam in vitro di restoran-restoran di Singapura.

Berbicara tentang teknologi pengembangan daging in vitro, paling tidak ada dua pendekatan metode yang dapat dilakukan untuk aktualisasi ide daging in vitro.

Metode pertama yaitu teknologi berbasis eksplan jaringan otot hewan. Metode ini digunakan di awal pemikiran munculnya gagasan membuat daging di laboratorium.

Alexis Carrel pada tahun 1912 berhasil menyimpan otot jantung ayam hidup yang dapat berdetak di cawan petri, menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk menjaga jaringan otot hewan dapat tetap hidup di luar tubuh, asalkan diberi nutrisi yang sesuai.

Benjaminson, Gilchriest dan Lorenz turut mencoba menggunakan eksplan otot rangka dari ikan mas (Carassius auratus) dalam media kultur yang bervariasi dan mengamati pola pertumbuhan jaringan dan kemudian mengembangkan metode eksplan dengan serangkaian proses kultur sel dan jaringan.

Benjaminson mengungkapkan harapannya bahwa metode ‘sederhana’ ini cukup relevan untuk digunakan karena jaringan yang terbentuk akan sangat mirip dengan daging, mengandung sel otot, lemak dan sel-sel lain dalam proporsi yang sudah dikenal seperti daging alami dan komposisinya meniru lingkungan in vivo atau yang terjadi pada tubuh hewan.

Meskipun demikian, keterbatasan metode ini yang perlu dipertimbangkan yaitu potensi proliferasi yang terbatas dan biopsi jaringan otot baru diperlukan dari donor hewan secara teratur.

Metode kedua pada produksi daging in vitro yaitu metode berbasis scaffold. Pendekatan teknik ini melibatkan stem cells atau sel punca yang dapat diperoleh dari beberapa jenis jaringan.

Baca juga: Mengintip Sekilas Potensi Daging Sintetis sebagai Makanan Masa Depan (2)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com