Belum diketahui pasti penyebaran virus dapat menyebabkan penyakit parah.
"Tujuan kami memberi gajah perlindungan sebelum infeksi. Jadi sistem kekebalan gajah mengetahui virus,” tutur Prof Steinbach.
Tim yang terdiri dari ahli imunologi, dokter hewan dan penjaga kebun binatang, dapat melanjutkan uji coba dikarenakan vaksin baru dibuat di atas perancah yang telah dicoba dan diuji.
Pada dasarnya, tulang punggung vaksin ini identik dengan yang secara rutin digunakan untuk mengimunisasi gajah terhadap virus yang disebut cacar sapi.
Para ilmuwan telah menyemai tulang punggung vaksin yang telah dicoba dan diuji ini dengan protein dari EEHV, bit virus untuk dikenali dan ditanggapi oleh sistem kekebalan gajah.
“Kami menggunakan proses yang aman dan mapan. Penting untuk melanjutkan uji coba pada gajah, karena tidak ada hewan lain yang bisa kami uji,” ujar Steinbach.
Baca juga: Benarkah Gajah Takut pada Tikus?
Dalam pertempuran melawan virus EEHV, dokter hewan di Chester menguji gajah secara teratur sehingga hewan tersebut terbiasa melakukan pemeriksaan kesehatan dan diambil sampel darah.
“Kami mendorong gajah berinteraksi dengan kami. Tapi jika gajah tidak mau tidak apa-apa, kami membiarkannya mencobanya nanti,” jelas Steinbach.
Saat dilakukan uji coba, gajah yang cukup koorperatif akan diambil sampel darah dari vena telinga gajah, yang akan menjadi proses uji coba vaksin.
Diharapkan akan ada kemajuan yang signifikan menuju vaksin dalam lima tahun. Sampai saat itu, tes dan donor darah kawanan telah memungkinkan diagnosis virus sebelum gejala muncul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.