KOMPAS.com - Presenter senior Dorce Gamalama dikabarkan mengidap penyakit alzheimer. Kondisi ini dialaminya di tengah proses pemulihan penyakit diabetes yang diderita sejak lama.
Kabar ini diungkapkan sahabatnya, Ira Safira, yang mengatakan bahwa Dorce mengalami penyakit demensia alzheimer.
"Seperti saya bilang, beliau itu dapat demensia alzheimer. Itu kan recovery-nya lama. Jadi, daya ingatnya kadang on, kadang off," kata Ira seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (20/1/2022).
Dijelaskan Ira, Dorce tidak sepenuhnya kehilangan ingatan pasca didagnosis Alzheimer, lantaran masih bisa mengenali orang di sekitarnya ketika diberitahu.
Baca juga: Riset Terbaru, Makan Tempe Bisa Cegah Pikun Akibat Alzheimer
"Kalau kita ingatinnya lama, dia akan kenal. Bukan dia sama sekali enggak kenal orang, kenal semua, dia kenal," terang Ira.
Dilansir dari Mayo Clinic, Sabtu (26/6/2021), alzheimer adalah gangguan neurologis progresif yang menyebabkan penyusutan otak atau atrofi hingga membuat sel-sel otak mati. Penyakit alzheimer merupakan penyebab paling umum dari demensia yaitu turunnya kemampuan berpikir, perilaku dan keterampilan sosial seseorang.
Mengutip laman Alzheimer's Indonesia, Senin (22/4/2019); prevalensi demensia di Indonesia diperkirakan mencapai 1,2 juta orang pada 2016, dan akan meningkat menjadi 2 juta kasus pada 2030.
Dari sekitar 50 juta orang di seluruh dunia dengan demensia, sebanyak 60 hingga 70 persen diperkirakan memiliki penyakit Alzheimer.
Gejala awal penyakit ini termasuk lupa tentang kejadian atau percakapan yang baru saja terjadi.
Seiring dengan berkembangnya penyakit, pengidap alzheimer akan mengalami gangguan ingatan parah, bahkan tidak mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Sejauh ini, belum ada obat yang signifikan dapat mengobatinya. Namun terdapat perawatan untuk membantu pasien Alzheimer memaksimalkan fungsi otak dan tubuhnya agar dapat beraktivitas secara mandiri.
Adapun gejala alzheimer yang kerap dirasakan termasuk:
Gejala alzheimer dapat berubah sesuai dengan tingkatan penyakit itu sendiri. Oleh karena itu, mengetahui indikator awal alzheimer dan bagaimana penyakit ini berkembang menjadi gejala yang lebih berat sangat diperlukan bagi orang dengan faktor risiko alzheimer.
Baca juga: Kisah William Buntoro Didiagnosis Alzheimer, Berawal dari Lupa Jalan Pulang
Para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab alzheimer. Akan tetapi, pada tingkat dasar penyakit ini bisa diakibatkan karena protein otak gagal berfungsi secara normal, sehingga mengganggu kerja sel-sel otak atau neuron dan memicu serangkaian peristiwa toksik.
Apabila neuron rusak dan tidak terhubung satu sama lan, pada akhirnya sel akan mati. Di samping itu, para ilmuwan yakin bahwa bagi kebanyakan orang, penyakit alzheimer disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, gaya hidup dan lingkungan yang memengaruhi otak seiring berejalannya waktu.
Beberapa faktor risiko alzheimer di antaranya:
1. Usia
Pertambahan usia diketahui sebagai faktor risiko utama dari alzheimer. Seiring bertambahnya usia seseorang, maka risiko dia mengembangkan penyakit alzheimer pun meningkat.
Studi menunjukkan bahwa empat dari 1.000 orang berusia 65 hingga 74 tahun diagnosis alzheimer per tahunnya. Sementara itu, 32 dari 1.000 orang berusia 75 hingga 84 tahun dilaporkan terkena alzheimer.
Begitu pun pada mereka yang berusia di atas 85 tahun, 76 dari 1.000 orang terkena alzheimer.
2. Riwayat keluarga dan gen
Risiko sesorang terkena alzheimer cenderung lebih tinggi jika ada anggota keluarga yang memiliki penyakit ini. Gen tertentu juga dapat menjadi faktor risiko dari alzheimer.
3. Gangguan kognitif ringan
Gangguan kognitif ringan (MCI) adalah penurunan memori atau kemampuan berpikir yang tidak biasa. Namun, MCI tidak menghambat seseorang untuk beraktivitas.
Orang yang mengidap MCI dinilai memiliki risiko lebih tinggi terkena demensia. Sebab, penurunan memori adalah kondisi utama yang diderita orang dengan MCI, dan kondisi ini mungkin akan berkembang menjadi demensia karena penyakit alzheimer.
Baca juga: Mengenal Alois Alzheimer dan Pasien Alzheimer Pertamanya
4. Trauma di kepala
Faktor risiko alzheimer selanjutnya adalah trauma di kepala. Bagi seseorang yang pernah mengalami trauma kepala yang parah memiliki risiko yang lebih tinggi terkena penyakit alzheimer.
Beberapa studi menemukan bahwa risiko demensia dan alzheimer meningkat pada orang berusia 50 tahun ke atas yang memiliki cedera otak traumatis (TBI).
5. Polusi udara
Sementara itu, studi yang dilakukan terhadap hewan menunjukkan partikel polusi udara dapat mempercepat degenerasi sistem saraf.
Kemudian, penelitian pada manusia juga menemukan bahwa paparan polusi udara, terutama dari kendaraan serta pembakaran kayu telah dikaitkan dengan potensi demensia yang lebih tinggi.
6. Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak sehat pun memengaruhi fungsi kognitif seseorang dan dapat menyebabkan alzheimer. Mengonsumsi alkohol berlebihan, kualitas tidur yang buruk, jarang bergerak, obesitas, kebiasaan merokok, tekana darah tinggi yang tidak terkontrol, hingga kolesterol tinggi juga menjadi faktor risiko dari alzheimer.
Sebenarnya, penyakit Alzheimer bukanlah kondisi yang dapat dicegah. Kendati demikian, mengubah gaya hidup dapat mengurangi faktor risiko tersebut.
Penelitian menunjukkan bahwa perubahan pola makan, olahraga dan kebiasaan untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit Alzheimer. Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan antara lain: