Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NASA Sebut Letusan Gunung Api Bawah Laut Tonga 500 Kali Lebih Kuat dari Bom Hiroshima

Kompas.com - 20/01/2022, 09:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber NPR

KOMPAS.com - Peneliti dari lembaga antariksa Amerika Serikat (NASA) menyebut, bahwa kekuatan dari letusan gunung berapi bawah laut yang terjadi pada hari Sabtu (15/1/2022) lalu di Tonga mencapai 10 megaton TNT.

Menurut kepala ilmuwan di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA, James Garvin letusan gunung berapi tersebut 500 kali lebih kuat dari bom nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang pada akhir Perang Dunia II.

Sementara itu, ahli geofisika dari US Geological Survey Michael Poland menuturkan, letusan gunung Hunga Tonga-Hunga Ha'apai terdengar sampai Alaska.

"Ini mungkin letusan paling keras sejak (letusan gunung berapi Indonesia) Krakatau pada tahun 1883," kata Poland seperti dilansir dari NPR, Selasa (18/1/2022).

Baca juga: Gunung Tonga Terus Dipantau Setelah Letusan Besar Sebabkan Tsunami

Letusan Gunung Krakatau tercatat menewaskan ribuan orang dan mengeluarkan begitu banyak abu sehingga membuat sebagian besar wilayah di Indonesia menjadi gelap gulita.

"Jika bercermin dari letusan gunung berapi di masa lalu, maka kita tidak akan mengalami ledakan (dari letusan gunung) lagi untuk sementara waktu," ujar Garvin.

Tiga hari pasca letusan gunung api bawah laut terjadi, Tonga masih tidak bisa tersambung dengan jaringan telepon maupun internet. Sebab, kabel komunikasi bawah laut tampaknya telah terputus, sementara bandara tertutup abu, sehingga bantuan ke ibu kota Nuku'alofa pun terlambat.

Berdasarkan monitoring yang dilakukan pemerintah Selandia Baru, memperlihatkan bahwa abu telah menyelimuti rumah-rumah dan banyak bangunan lainnya.

Sejauh ini Kementerian Luar Negeri Selandia Baru telah melaporkan setidaknya dua orang dipastikan meninggal akibat tsunami di Tonga. Selain itu, beberapa bangunan di pulau-pulau terpencil di Tonga pun dilaporkan rusak.

Terbentuknya pulau baru

Sebelumnya, pulau baru setelah erupsi gunung bawah laut seperti di Tonga mulai bermunculan di Samudra Pasifik. Misalnya pada akhir 2014 dan awal 2015, aktivitas vulkanik di gunung itu membentuk wilayah yang lebih tinggi dari laut, dan menciptakan pulau baru di sekitarnya.

Lapisan uap dan abu akhirnya menghubungkan pulau-pulau itu, kemudian dikenal sebagai Hunga Tonga-Hunga Ha'apai, dengan dua pulau yang berusia jauh lebih tua di kedua sisinya.

Baca juga: BMKG Tegaskan Erupsi Gunung Api Bawah Laut di Tonga Tidak Berdampak Ke Indonesia

 

Garvin mengatakan formasi yang terjadi di pulau tersebut mungkin juga menjadi penyebab kehancurannya. Jadi, ketika naik dari dalam laut maka lapisan magma cair memenuhi ruang di bawahnya.

Kombinasi gambar satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan gambaran umum gunung berapi Hunga Tonga Hunga Ha'apai di Tonga pada 18 Januari 2022 (atas), dan menunjukkan apa tersisa setelah letusan 15 Januari (bawah).MAXAR via AP PHOTO Kombinasi gambar satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan gambaran umum gunung berapi Hunga Tonga Hunga Ha'apai di Tonga pada 18 Januari 2022 (atas), dan menunjukkan apa tersisa setelah letusan 15 Januari (bawah).
Dia pun menduga bahwa letusan itu dipicu oleh perubahan mendadak pada pipa bawah tanah, hingga menyebabkan air laut membanjiri dataran.

Di sisi lain, Poland berkata hal yang masih menjadi pertanyaan adalah bagaimana letusan yang relatif kecil di Tonga dapat menciptakan ledakan besar dan tsunami.

"Letusan itu memiliki dampak yang sangat besar, jauh di luar area yang Anda bayangkan jika," imbuhnya.

Para ilmuwan ingin meneliti lebih jauh di sekitar area gunung, dengan ini Garvin berharap gunung berapi bawah laut di Tonga cukup aman untuk dikunjungi di akhir tahun ini.

"Ini adalah peristiwa yang mengerikan bagi orang Tonga. Tapi bisa menjadi tolok ukur seperti peristiwa penting dalam vulkanologi," pungkas Poland.

Baca juga: Tsunami Tonga, Ahli Jelaskan Dampak Letusan Gunung Berapi Bawah Laut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com