Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

86,6 Persen Warga Indonesia Punya Antibodi Covid-19, Kok Bisa? Ini Kemungkinannya Menurut Ahli

Kompas.com - 07/01/2022, 17:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, dari hasil serologi survei atau sero survei, 86,6 persen populasi Indonesia memiliki titer antibodi tinggi. Karena itu, diduga super immunity sudah terbentuk di masyarakat Indonesia.

"Iya dugaannya dapat itu (super immunity)," kata Nadia kepada Kompas.com, Kamis (6/1/2022).

Mengenai 86,6 persen populasi Indonesia memiliki titer antibodi SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 ini, didapatkan berdasarkan hasil sero survei yang dilakukan pada sebagian wilayah, yaitu 100 kabupaten/kota, baik pada wilayah aglomerasi maupun non aglomerasi sepanjang bulan November-Desember 2021.

Baca juga: 86,6 Persen Warga Indonesia Punya Antibodi Covid-19 Menurut Survei, Apa Artinya?

Dari data survei tersebut Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 juga mendapatkan, sekitar 73,2 persen populasi dari daerah yang disurvei ternyata telah memiliki antibodi, padahal belum pernah terdeteksi positif maupun tervaksinasi Covid-19.

Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan, bagaimana titer antibodi populasi Indonesia bisa tinggi dan apakah ini pertanda super immunity sudah terbentuk?

Ahli biologi molekuler Indonesia, Ahmad Utomo mengatakan, jika merujuk hasil survei serologi bahwa mayoritas populasi Indonesia telah memiliki titer antibodi melawan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, hal itu mungkin saja terjadi.

Dijelaskan Ahmad, terciptanya titer antibodi SARS-CoV-2 yang signifikan, kemungkinan adalah hasil kombinasi antara vaksinasi dan paparan infeksi alami saat lonjakan infeksi varian Delta beberapa bulan lalu. 

Tingginya kadar antibodi di dalam tubuh responden ini terjadi karena program vaksinasi yang dilakukan, tanpa melakukan skrining atau tes Covid-19 sebelum diberikan vaksinasi tersebut.

Seperti diketahui bahwa infeksi Covid-19 ini dengan ragam varian, juga memiliki beragam gejala yang bisa terjadi atau dialami oleh pasien. 

Ada yang memiliki gejala ringan, sedang, berat atau bahkan ada yang tidak bergejala sama sekali.

Pada pelaksanaan program vaksinasi Covid-19, secara umum bagi mereka yang tidak memiliki penyakit autoimun dan komorbid yang harus dengan rekomendasi dokternya, hampir semua orang yang memenuhi kriteria penerima vaksinasi 11-59 tahun diperbolehkan diberikan vaksin Covid-19.

Umumnya, sebelum pemberian atau penyuntikan vaksin Covid-19, mekanisme skrining yang dilakukan hanyalah cek tekanan darah, cek suhu, dan mengisi kuisioner atau pertanyaan skrining di lembar kertas saja mengenai beberapa gejala atau sakit yang dirasakan, riwayat perjalanan, riwayat penyakit, dan lain sebagainya. 

Baca juga: Super Immunity Diduga Sudah Terbentuk, 86,6 Persen Populasi Indonesia Punya Antibodi

 

Dalam hal ini, penilaian skrining dilakukan tanpa melihat hasil tes antigen, rapid tes ataupun PCR untuk benar-benar memastikan apakah calon penerima vaksin memang negatif ataukah dia positif Covid-19 tanpa gejala.

Artinya, kata Ahmad, karena program vaksin diberikan tanpa skrining kadar antibodi sebelumnya, sehingga tanpa sengaja membuat terjadinya booster.

"Ya penerima vaksin bisa jadi pernah terpapar sebelumnya, sehingga sudah mulai terbentuk antibodi. Nah, ketika dia menerima vaksin, reaksi imun lebih baik dengan peningkatan antibodi," jelasnya.

"Antibodi yang muncul pada orang yang divaksin yang pernah terpapar sebelumnya, lebih tinggi daripada orang yang divaksin saja tanpa pernah terpapar infeksi sebelumnya," tambahnya.

Namun hingga saat ini, kata dia, belum ada konsensus kadar antibodi yang dianggap proyektif, karena ada komponen lain dari imunologi seperti kadar sel T sitotoksik yang sulit diukur, tapi penting untuk memusnahkan sel yang terinfeksi virus.

Baca juga: Ahli Ungkap Virus Corona Sembunyi dari Antibodi dan Menyebar dari Sel ke Sel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com