Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Fakta Kemenangan Astronom Indonesia dalam Kontes Astrofotografi Internasional

Kompas.com - 07/09/2021, 18:30 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belum lama ini, Muhammad Rayhan yang merupakan Astronom Planetarium dan Observatorium Jakarta berhasil memenangkan kontes astrofotografi tingkat internasional.

Kontes astrofotografi tersebut diselenggarakan oleh International Astronomical Union, Office of Astronomy for Education (IAU OAE), organisasi astronomi internasional yang menyatukan lebih dari 12.000 astronom profesional aktif dari 100 negara.

Berikut fakta-fakta dari kemenangan Rayhan:

1. Melawan 57 Negara

Dilansir dari situs resmi IAU, Selasa (9/9/2021), OAE telah menerima hampir 700 gambar dari 57 negara dalam kontes tersebut.

Terdapat 10 kategori yang diperlombakan, di antaranya adalah aurora (gambar dan time-lapse), komet, polusi cahaya, hujan meteor, jejak bintang, halo Matahari atau Bulan, gerhana bulan total, wide star fields dan Satelit Galileo.

Penilaian karya tidak hanya dilihat dari segi estetika dan teknis saja, tetapi juga nilai pendidikan astronomi untuk pengajaran sekolah dasar dan menengah.

Nah, Rayhan berhasil mendapatkan peringkat kedua pada kategori gerhana bulan total dengan karyanya yang berjuduol "The Eclipse Between Us".

Baca juga: Melalui Karya Astrofotografi, Astronom Ini Patahkan Mitos Gerhana Bulan

Bersama dengan foto-foto pemenang lainnya, "The Eclipse Between Us" kini berada di bawah Lisensi Internasional, Creative Commons Attribution (CC BY) 4.0, dan dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan pendidikan secara gratis sementara pemilik foto tetap akan memegang hak cipta atas gambar mereka.

Kontes astrofotografi ini memang dibuat untuk bisa mengumpulkan materi pendidikan tentang topik astronomi dalam bentuk foto maupun video berkualitas tinggi yang mudah diakses.

Harapannya, foto-foto yang dipilih sebagai pemenang bisa berguna sebagai sumber daya pendidikan terbuka serta memberi manfaat untuk pengajar dan pelajar di seluruh dunia.

2. Patahkan Mitos Gerhana Bulan

Bukan hanya foto biasa, karya Rayhan yang diambil saat terjadinya fase gerhana bulan total tanggal 31 Januari 2018 tersebut sekaligus ingin mematahkan mitos gerhana bulan yang selama ini berkembang di masyarakat.

"Gerhana bulan seringkali dihubungkan dengan hal yang berbau mistis dan klenik," kata Rayhan ketika diwawancarai Kompas.com, Senin (30/8/2021).

Contohnya adalah mitos yang berkembang di daerah Jawa. Beberapa orang masih percaya bahwa wanita hamil dilarang melihat gerhana bulan karena takut bayinya akan memiliki tekstur kulit seperti bulan.

Tidak hanya di Indonesia, mitos serupa juga berkembang di negara lain, seperti di Afrika yang menganggap fenomena gerhana terjadi karena bulan dan matahari sedang berkelahi.

Baca juga: Foto Gerhana Bulan Astronom Indonesia Menangi Kontes Astrofotografi Internasional

Padahal menurut Rayhan, gerhana bulan adalah suatu fenomena ilmiah yang harus dirayakan bersama melalui observasi, pembelajaran dan penelitian.

Di dalam foto yang diperlombakan tersebut, tampak gerhana bulan total yang berada di antara Rayhan dengan teleskop putih di sebelah kanan dan istrinya, Ria Hasnati yang sedang hamil, lengkap dengan teleskop hitamnya di sebelah kiri.

Nampak pula beberapa orang yang juga sedang mengabadikan fenomena tersebut tanpa menghalangi objek utamanya, yaitu gerhana bulan total, di depan Rayhan dan istri.

3. Gunakan Teknik Multi-Expose

Demi mendapatkan hasil yang terbaik, Rayhan tentunya memilih teknik tertentu dalam mengabadikan fase gerhana bulan total saat itu.

Alat yang digunakan adalah kamera DSLR Nikon D5200 dengan Lensa Wide Tokina AT-X Pro 11-16 milimeter yang dipasang di atas tripod. Ia juga menggunakan remote intervalometer untuk memotret sequence secara otomatis. 

"Saya set kamera untuk memotret setiap 4 menit sekali" kata Rayhan.

Hal yang perlu dipastikan dalam proses ini adalah memposisikan kamera agar tidak bergerak atau tersentuh sama sekali.

Baca juga: Menang Nobel Kimia 2020, Apa Itu CRISPR Gunting Kode Kehidupan?

Sementara untuk proses mengolahnya, foto yang didapatkan ditumpuk (stack) menjadi satu menggunakan Photoshop dengan mode blending lighten. Teknik tersebut dikenal juga dengan teknik multi-expose.

4. Perlombaan IAU Pertama yang Diikuti

Dalam wawancaranya, Rayhan juga mengatakan bahwa ia baru pertama kali mengikuti kontes astrofotografi yang diselenggarakan oleh IAU..

Kendati demikian, Rayhan telah memiliki beberapa pengalaman perlombaan astrofotografi yang diselenggarakan oleh pihak lain sebelumnya.

Dia pernah masuk peringkat 3 besar pada perlombaan astrofotografi yang diselenggarakan oleh situs sains Italia, astronuts.it.

Namun selain perlombaan, Rayhan juga sering mempublikasikan hasil karyanya di majalah-majalah seperti Astronomy Magazine USA, astronomy.com dan skyandtelescope.com, Digital Camera Indonesia serta berbagai situs berita nasional.

Telah menekuni astrofotografi sejak tahun 2012, Rayhan menjelaskan bahwa astrofotografi merupakan seni mengambil gambar benda-benda astronomi dan langit.

"Silakan jika ingin berkreasi melalui seni fotografi pada astrofotografi, asalkan tidak keluar dari atau meninggalkan sisi saintifik atau keilmiahannya." ujar Rayhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com