Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] Vaksin Pfizer Dipakai di Indonesia | Bencana Kelaparan Akibat Perubahan Iklim Melanda Madagaskar

Kompas.com - 27/08/2021, 07:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Dua vaksin Covid-19 berbasis messenger RNA (mRNA), vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna, akhirnya mulai digunakan di Indonesia. Apa perbedaan kedua vaksin mRNA tersebut menjadi salah satu berita populer Sains Kompas.com edisi Kamis, (26/8/2021).

Tak hanya untuk orang dewasa, vaksin Pfizer juga telah mendapat izin Kemenkes untuk digunakan kepada anak remaja mulai dari usia 12 tahun. Bagaimana efektivitasnya?

BMKG mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis. Sejumlah wilayah di Indonesia pun diprediksi akan mengalami hari tanpa hujan.

Berita populer lainnya, untuk pertama kalinya dalam sejarah terjadi bencana kelaparan akibat perubahan iklim. Hal ini terjadi di Madagaskar.

Baca juga: [POPULER SAINS] Detik-detik Virus Corona Menyerang Sel | Efek jika Anak Sering Dimarahi

Berikut rangkumannya:

1. Perbedaan vaksin Pfizer dan Moderna

Dua vaksin Covid-19 berbasis messenger RNA (mRNA), vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna, akhirnya mulai digunakan di Indonesia. Namun, apa perbedaan kedua vaksin mRNA tersebut?

Dari beberapa jenis vaksin Covid-19 yang dikembangkan di dunia, hanya dua vaksin yang dibuat dengan teknologi baru berbasis mRNA.

Baik vaksin Pfizer-BioNTech maupun Moderna, adalah dua jenis vaksin virus corona yang berasal dari Amerika Serikat, yang tahap awalnya diberikan kepada para tenaga kesehatan dan penghuni fasilitas perawatan jangka panjang.

Kedua vaksin Covid-19 tersebut adalah vaksin pertama yang digunakan di negara tersebut, serta sejumlah negara di Eropa dan Timur Tengah.

Dilansir dari Health, Kamis (26/8/2021), vaksin Pfizer dan Moderna dibuat menggunakan teknologi baru yang disebut mRNA yang mengkodekan sebagian protein spike yang ditemukan di permukaan virus corona SARS-CoV-2.

Perbedaan vaksin mRNA yang dikembangkan Pfizer dan Moderna, dengan vaksin konvensional, seperti vaksin flu, yakni sebagian besar vaksin konvensional digunakan untuk melawan penyakit virus yang dibuat dari virus yang tumbuh di telur ayam atau sel mamalia lainnya, kata Pfizer.

Lantas, apa perbedaan vaksin Pfizer dan Moderna yang saat ini mulai digunakan di Indonesia?

Selengkapnya baca di sini:

Apa Perbedaan Vaksin Pfizer dan Moderna yang Digunakan di Indonesia? Ini Penjelasannya

2. Efikasi vaksin pfizer untuk remaja

Belum lama ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memberi izin penggunaan vaksin Pfizer untuk anak remaja 12-17 tahun di Indonesia.

Vaksin Comirnaty Pfizer telah mengantongi izin penggunaan darurat pada Juli lalu. Berdasarkan kajian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait data uji klinis vaksin virus coron tersebut yang dinyatakan efektif mencegah Covid-19.

Data efikasi vaksin Pfizer, menunjukkan bahwa dua dosis vaksin mRNA ini efektif memberikan perlindungan hingga 95 persen.

Sedangkan pada anak remaja usia 12 tahun ke atas, efikasi vaksin Pfizer yang saat ini mulai digunakan di Indonesia, menunjukkan efektivitas vaksin mencapai 100 persen.

Menurut pakar biologi molekuler Indonesia, Ahmad Utomo saat dihubungi Juli lalu mengatakan bahwa efikasi vaksin Pfizer capai 100 persen, menunjukkan ada rentang yang artinya tidak semua orang yang divaksin menjadi kebal terhadap infeksi Covid-19.

"Dalam uji klinis, kan, jumlah peserta, meskipun banyak, tentu tidak akan pernah melebihi populasi di dunia nyata," ungkap Ahmad, saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/7/2021).

Terkait efikasi vaksin Pfizer yang menunjukkan efektif 100 persen melindungi dari Covid-19 pada remaja 12 tahun, Ahmad mengatakan bahwa kita berharap efektivitas vaksin Covid-19 akan bagus di dunia.

Jika dibandingkan efikasi vaksin Covid-19 yang lain, efektivitas vaksin Pfizer memang memiliki angka yang lebih tinggi. Terutama efikasi vaksin Pfizer pada anak remaja usia 12-15 tahun.

Selengkapnya baca di sini:

Vaksin Pfizer untuk Anak Remaja di Indonesia, Ini Efikasi dan Efektivitasnya

3. BMKG keluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis

BMKG mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis. Sejumlah wilayah di Indonesia juga akan mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH).

Berdasarkan pantauan BMKG hingga akhir Agustus 2021, hasil monitoring perkembangan Musim Kemarau 2021 menunjukkan bahwa 85 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau.

BMKG membagi Hari tanpa hujan (HTH) menjadi dua kategori, yakni sangat panjang (31-60 hari) dan ekstrem panjang (lebih dari 60 hari tanpa hujan).

Sebagian besar wilayah yang mengalami HTH kategori sangat panjang dan ekstrem panjang adalah NTB dan NTT. Namun daerah lain juga berpotensi.

Daftar selengkapnya baca di sini:

Hari Tanpa Hujan, BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan Meteorologis di WIlayah Ini

4. Terjadi bencana kelaparan akibat perubahan iklim

Madagaskar tengah mengalami bencana kelaparan akibat perubahan iklim. Bencana ini merupakan kali pertama dalam sejarah manusia.

Dilansir dari BBC, Rabu (25/8/2021), Shelley Thakral dari Program Pangan Dunia (WFP) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, ini adalah kondisi seperti kelaparan dan disebabkan oleh iklim, bukan konflik.

Diungkapkan oleh PBB, empat tahun tanpa hujan menyebabkan sekitar 30.000 orang kini mengalami bencana kelaparan dan ketidakamanan pangan di level tertinggi, yakni level lima.

Jumlah korban tersebut juga diperkirakan akan segera meningkat drastis ketika Madagaskar memasuki musim paceklik yang kerap terjadi sebelum masa panen.

"Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Orang-orang ini tidak melakukan apa pun yang menyebabkan perubahan iklim. Mereka tidak menggunakan bahan bakar fosil... tetapi mereka harus menanggung dampak dari perubahan iklim," ujar Thakral.

Selengkapnya baca di sini:

Pertama dalam Sejarah, Bencana Kelaparan Akibat Perubahan Iklim Terjadi di Madagaskar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com