Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Gempa Filipina di Zona Megathrust yang Guncangan hingga Indonesia

Kompas.com - 12/08/2021, 19:31 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gempa Filipina berkekuatan M 7,1 pada Kamis (12/8/2021) dini hari pukul 00.46 WIB, guncangannya dirasakan hingga Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, Indonesia. Gempa ini berlokasi di zona megathrust dan memiliki sejarah gempa bumi yang merusak.

Berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), setelah dilakukan pemutakhiran parameter gempa tektonik ini menjadi Mw 7,2.

Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, pusat guncangan gempa bumi dini hari tadi juga sampai di wilayah Filipina, tepatnya di Kota Davao.

"Wilayah Davao di Flipina hingga Kepulauan Talaud di wilayah paling utara Indonesia diguncang gempa tektonik magnitudo 7,1 pada hari Kamis, 12 Agustus 2021 pagi dini hari pukul 00.46.15 WIB," kata Daryono.

Episenter atau pusat gempa bumi ini sendiri terletak pada koordinat 6,45 derajat Lintang Utara dan 126,73 derajat Bujur Timur tepatnya di laut pada jarak 63 km timur Pondaguitan, Filipina atau pada jarak 270 km Utara Melonguane, Kepulauan Talaud, Indonesia, dengan kedalaman 44 km.

Baca juga: Gempa Filipina M 7,1 Dirasakan hingga Indonesia, Ini Faktanya

 

Daryono menyebutkan, gempa Filipina yang terjadi dini hari tadi bersumber di zona megathrust. Bahkan, berdasarkan catatan sejarah gempa di Filipina yang pernah terjadi di wilayah ini, ternyata cukup banyak gempa besar dan merusak yang terjadi.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Laut Filipina yang menunjam ke bawah Filipina di zona megathrust," jelas Daryono kepada Kompas.com, Kamis (12/8/2021).

Gempa bumi ini dipicu oleh sumber gempa mekanisme naik.

Hal ini didapatkan berdasarkan hasil analisis mekanisme sumber yang menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault) yang merupakan ciri khas mekanisme sumber gempa di zona tumbukan lempeng di zona megathrust.

Berdasarkan catatan sejarah gempa besar dan merusak di zona Tunjaman Lempeng Laut Filipina ternyata cukup banyak.

"Ini (sejarah gempa Filipina) menunjukkan di wilayah tersebut sudah sering terjadi gempa besar dan merusak pada masa lalu," ucap dia.

Baca juga: Gempa M 7,1 Guncang Talaud, Dipicu Aktivitas Subduksi Lempeng Laut Filipina

Ilustrasi gempa bumi, gempa tektonik, gempa merusak.Shutterstock Ilustrasi gempa bumi, gempa tektonik, gempa merusak.

Berikut beberapa daftar sejarah gempa besar dan merusak di Laut Filipina.

  • Gempa merusak Kepulauan Talaud 23 Oktober 1914 (M 7,4)
  • Gempa merusak Davao 14 April 1924 (M 8,2)
  • Gempa merusak Davao 25 Mei 1943 (M 7,6)
  • Gempa merusak Halmahera 27 Maret 1949 (M 7,0)
  • Gempa merusak Davao 19 Maret 1952 (M 7,7)
  • Gempa merusak Kepulauan Talaud 24 September 1957 (M 7,2)
  • Gempa merusak Halmahera Utara dan Morotai 8 September 1966 (M 7,7)
  • Gempa merusak Kepulauan Talaud 30 Januari 1969 (M 7,6)
  • Gempa merusak Maluku Utara dan Morotai Morotai pada 26 Mei 2003 (M 7,0)

Gempa bumi berkekuatan M 7,1 ini turut dirasakan hingga wilayah Indonesia di Kepulauan Talud, Sulawesi Utara.

Kendati gempa tektonik ini guncangannya mencapai wilayah Indonesia, namun gempa bumi ini tidak berdampak serius terhadap kerusakan di lingkungan masyarakat. Akan tetapi, Daryono berkata, gempa bumi ini justru berpotensi terjadi kerusakan di wilayah Davao.

"Guncangan gempa ini dirasakan sangat kuat di wilayah Davao Filipina mencapai skala intensitas V-VI MMI yang berpotensi merusak," ujarnya.

Baca juga: Gempa Hari Ini: M 6,1 Guncang Aceh, Ada Aktivitas di Zona Megathrust

 

Sementara itu, gempa juga dan dirasakan kuat di wilayah Indonesia khususnya di Kepulauan Talaud dalam skala intensitas III-IV MMI dimana guncangan dirasakan oleh orang banyak. Gempa juga dirasakan di Sangihe dan Bitung dalam intensitas II - III MMI.

Kendati demikian, hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut.

"Jika memang tidak ada dampak kerusakan adalah wajar, karena jarak pusat gempa ke daratan wilayah daratan Filipina cukup jauh sekitar 80 kilometer," tuturnya.

Seperti diketahui, pusat atau episenter gempa bumi itu terjadi di laut. Kendati demikian, berdasarkan hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa tidak berpotensi tsunami.

Hal ini disebabkan karena kedalaman gempa Filipina yang relatif dalam untuk dapat memicu terjadinya gangguan kolom air laut dan memicu tsunami.

Hasil monitoring BMKG hingga pukul 06.00 WIB, Kamis (12/8/2021) menunjukkan terjadi 8 kali gempa susulan atau aftershock dengan magnitudo minimum gempa susulan M 4.1 dan magnitudo maksimum gempa susulan M 5.3.

Baca juga: 2 Gempa Besar Guncang Zona Megathrust Bengkulu, Begini Analisis BMKG

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com