Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi NASA: Banjir Besar Berpotensi Terjadi Akibat Siklus Bulan dan Perubahan Iklim

Kompas.com - 17/07/2021, 17:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Studi baru yang dilakukan ilmuwan NASA menemukan fenomena siklus Bulan dan perubahan iklim bisa menjadi penyebab bencana ganda yakni banjir besar di Bumi dalam beberapa dekade mendatang.

Dalam studi tersebut, peneliti menemukan adanya gelombang pasang yang lebih tinggi, ditambah kenaikan permukaan laut yang akan menyebabkan banjir dramatis di sepanjang garis pantai di Amerika Serikat.

Dilansir dari Washington Post, Sabtu (17/7/2021), pada pertenganan tahun 2030-an, para ilmuwan memproyeksikan bahwa kemungkinan ada peningkatan frekuensi banjir pasang dengan cepat di beberapa negara bagian.

Temuan ini dilaporkan sekelompok ilmuwan NASA Sea Level Change Team, yang diterbitkan bulan lalu di jurnal Nature Climate Change di University of Hawaii.

"Kita akan mengalami semacam pukulan ganda," kata William Sweet, ahli kelautan di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan penulis studi tersebut, Rabu (14/7/2021).

"Ini berarti bahwa masyarakat pesisir, kecuali mereka beradaptasi dan membentengi, kemungkinan besar akan mengalami banjir yang lebih besar daripada yang mungkin terjadi," imbuh Sweet.

Baca juga: Peringatan untuk Kita, Ahli Sebut Banjir dan Perubahan Iklim Berkaitan

 

Peningkatan banjir ini, menurut studi NASA, sebagian besar disebabkan oleh fenomena siklus bulan, moon's wobble, yakni fluktuasi siklus Bulan. Bahkan, perubahan iklim pun disebut dapat memperburuk dampak pada Bumi.

Saat Bulan mengorbit Bumi, sudut satelit alami ini relatif berubah seiring waktu terhadap khatulistiwa. Fenomena ini, mencakup periode 18,6 tahun, yang memengaruhi bagaimana pasang surut laut dan aliran air.

Separuh dari siklus Bulan ini melemahkan air pasang, sehingga dapat menyebabkan pasang surut lebih rendah dan pasang surut lebih tinggi, bagian kedua kemudian akan memperkuat pasang surut.

Studi menyimpulkan, bagian terakhir ini, dikombinasikan dengan kenaikan permukaan laut, sebagai dampak perubahan iklim, adalah yang akan menyebabkan banjir yang lebih besar dalam dua dekade ke depan.

Menjelaskan bagaimana siklus Bulan dan perubahan iklim menyebabkan banjir pasang, Gary Mitchum, dekan University of South Florida’s College of Marine Science yang juga penulis studi bersama ilmuwan NASA lainnya, mengibaratkannya dengan seseorang menyibakkan air di dalam bak mandi.

Baca juga: Efek Super Blood Moon, Waspada Banjir Rob hingga Akhir Mei 2021 di Wilayah Pesisir

Ilustrasi banjir akibat perubahan iklimSHUTTERSTOCK Ilustrasi banjir akibat perubahan iklim

"Gelombang kecil adalah pasang dan jumlah air di bak mandi adalah kenaikan permukaan laut. Keduanya sama sekali tidak berhubungan," kata Mitchum.

Akan tetapi, kata Mitchum, kombinasi keduanya berarti bahwa Anda keluar dari bak mandi lebih sering ketika Anda memiliki kenaikan permukaan laut dan Anda memiliki gelombang yang lebih besar.

Menurut studi, efek atau dampak paling menonjol dari kombinasi ini akan terlihat selama pertengahan 2030-an dan hingga 2040-an, ketika siklus bulan bergeser lagi. Namun, beberapa dampaknya sudah terasa.

"Itu sudah terjadi sekarang, dan kemungkinan akan terus memburuk seiring berjalannya waktu," kata Sweet.

Air yang tumpah ke daratan dari efek pasang surut sering dianggap sebagai gangguan dan terjadi secara teratur di kota-kota pesisir. Namun, laporan NOAA yang diterbitkan 14 Juli lalu, mencatat banjir pasang meningkat.

Dari Mei 2020 hingga April 2021, beberapa kota di sepanjang Atlantik Tenggara dan pantai Teluk telah mencatat atau mengikat rekor jumlah banjir pasang, mengalami lebih dari 20 hari banjir, menurut NOAA.

Baca juga: Gletser Himalaya Pecah Sebabkan Banjir Bandang, Ahli Salahkan Perubahan Iklim

 

Laporan NOAA mengungkapkan peningkatan banjir yang disebabkan oleh air pasang merupakan tren yang diperkirakan akan terus berlanjut.

Pada tahun 2030, tujuh sampai 15 hari banjir tersebut diperkirakan secara nasional. Dua dekade kemudian, perkiraan menunjukkan bahwa mungkin ada rata-rata 25 hingga 75 hari dalam setahun.

Sementara prediksi akan adanya banjir pasang besar di tahun 2030 tampaknya menjadi kabar mengkhawatirkan, namun menurut Ben Hamlington, pimpinan Tim Perubahan Permukaan Laut NASA, ada beberapa langkah yang dapat diambil.

  1. Jangka pendek: masyarakat lokal harus beradaptasi dengan perubahan kondisi lingkungan dan membatasi dampak kenaikan permukaan laut.
  2. Jangka panjang: masyarakat global harus mencari cara untuk memitigasi perubahan iklim.

"Tujuannya adalah mencoba membatasi pemanasan global dan menjaga kenaikan permukaan laut yang kita lihat serendah mungkin, misalnya, dengan mengurangi emisi kita, untuk mengurangi beberapa dampak ini,” kata Hamlington.

Hamlington menambahkan bahwa diskusi global yang lebih besar dapat memainkan peran yang sangat penting di sini.

Baca juga: Selain Banjir Rob, Waspada Gelombang Tinggi Capai 6 Meter di Wilayah Berikut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com