Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Varian Delta Jenis Virus Corona Tercepat dan Terkuat, Vaksinasi Harus Digenjot

Kompas.com - 24/06/2021, 12:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan varian Delta sebagai jenis virus corona tercepat dan terkuat yang pernah ada.

Tak hanya itu, varian itu sangat mungkin menginfeksi banyak orang, terutama di negara atau daerah dengan tingkat vaksinasi Covid-19 yang rendah.

Hal ini tegaskan WHO pada Senin, 21 Juni 2021.

Varian delta yang pertama kali diidentifikasi di India, memiliki potensi menjadi lebih mematikan karena jangkauan penularan virusnya lebih besar dibanding barian lain.

Baca juga: Vaksin AstraZeneca 94 Persen Efektif Cegah Risiko Rawat Inap karena Varian Delta

Disebutkan dalam berita sebelumnya, varian Delta 40 persen lebih menular dibanding varian Alpha. Satu orang yang terinfeksi varian Delta dapat menularkan virus yang sama ke 7-8 orang lainnya.

Sementara varian Alpha memiliki angka reproduksi (R) 5,6. Artinya satu orang yang terinfeksi varian Alpha berpotensi menularkan virus ke 5-6 orang lainnya.

Dan orang yang terinfeksi varian original atau varian Wuhan, dapat menularkan virus ke 3-4 orang lainnya.

"Selain penularan yang lebih luas, pada akhirnya (karena varian Delta) kita akan melihat individu-individu yang rentang mengalami sakit parah, harus dirawat di rumah sakit, dan berpotensi meninggal," kata Dr Mike Ryan, direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO dalam konferensi pers, seperti dikutip dari CNBC News, Senin (21/6/2021).

Dalam kesempatan tersebut Ryan mengatakan, para pemimpin dunia dan pejabat kesehatan masyarakat dapat membantu orang paling rentan dengan vaksinasi.

“Kita dapat melindungi orang-orang yang rentan, juga para pekerja garis depan itu,” kata Ryan.

"Dan fakta bahwa kita belum melakukannya, seperti yang dikatakan Direktur Jenderal WHO (Tedros Adhanom Ghebreyesus) berulang kali, ini adalah bencana kegagalan moral tingkat global.”

WHO mengatakan pada Jumat (18/6/2021), delta adalah varian virus corona yang dominan di seluruh dunia.

WHO memasukkan varian delta dalam daftar variant of concern atau varian paling mengkhawatirkan dan diperhatikan bulan lalu.

Penyebaran varian delta

Varian Delta dilabeli sebagai variant of concern karena terbukti lebih menular, lebih mematikan atau lebih resisten terhadap vaksin dan perawatan saat ini.

"Saat ini Delta menggantikan alpha, varian sangat menular yang melanda Eropa dan kemudian AS awal tahun ini," kata Dr. Paul Offit, direktur Pusat Pendidikan Vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia, dalam sebuah wawancara baru-baru ini.

“Kita perlu memvaksinasi semua orang sekarang," kata Offit.

Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk Covid-19 mengatakan pada Senin (21/6/2021), varian Delta kini telah menyebar ke 92 negara.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, Varian Delta menginfeksi 10 persen dari semua kasus baru yang ada di AS.

Inggris baru-baru ini melihat delta sebagai strain dominan, melampaui varian alpha. Varian delta sekarang membuat lebih dari 60 persen kasus baru di Inggris.

Pejabat WHO mengatakan, ada laporan bahwa varian delta juga menyebabkan gejala yang lebih parah.

Baca juga: Tak Hanya Varian Delta, Mutasi Virus Corona Lain Juga Mengkhawatirkan

Oleh sebab itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi kesimpulan tersebut. Karena ada tanda-tanda strain delta dapat memicu gejala yang berbeda dari varian lainnya.

"Tidak ada varian yang benar-benar menemukan kombinasi penularan dan kematian yang tinggi. Tetapi varian delta adalah virus yang paling mampu dan tercepat dan terkuat dari virus-virus itu," kata Ryan.

"Dan oleh karena itu jika ada orang yang dibiarkan tidak divaksinasi, mereka berada pada risiko lebih lanjut,” kata Ryan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com