Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bumi Makin Panas, Suhu Naik 1,5 Derajat Celsius dalam Setahun

Kompas.com - 31/05/2021, 11:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Sebuah penelitian memperkirakan, pada 2025 terdapat 40 persen kemungkinan temperatur 1,5 derajat Celcius (1,5C) lebih panas setidaknya dalam setahun dibandingkan masa pra industri (atau pada 1850-an).

Itu tidak sesuai dengan dua batas temperatur yang telah disepakati dalam Perjanjian Paris dalam rangka mengendalikan perubahan iklim.

Kesimpulan ini didapat dari laporan yang dipublikasikan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).

Penelitian ini berdasarkan permodelan oleh Kantor Meteorologi Inggris (UK Met Office) dan para peneliti iklim dari 10 negara termasuk AS dan China.

Baca juga: Pemakaman Kuno Ini Ungkap Perubahan Iklim Picu Perang Tertua

Dalam riset sebelumnya, diperkirakan peluang satu tahun mencapai ambang batas kenaikan 1,5 derajat Celsius hanya 20 persen.

Sedangkan penelitian terbaru menempatkan risiko tersebut mencapai 40 persen.

Peneliti senior dari Met Office, Leon Hermanson mengatakan kepada BBC News bahwa proyeksi perbandingan temperatur periode 1890-1900 menunjukkan peningkatan yang jelas.

"Artinya kita mendekati kenaikan suhu 1,5 derajat Celsius, kita belum sampai, tapi sudah dekat," katanya.

"Waktu terus bergulir, tindakan nyata yang kita butuhkan sekarang."

Para peneliti menunjukkan bahwa meskipun satu dari lima tahun ke depan suhu udara 1,5 derajat Celsius lebih tinggi dari level era pra industri, tapi ini akan terjadi sementara waktu.

Variabilitas alami, berarti dalam beberapa tahun suhu udara akan menjadi lebih dingin, dan mungkin perlu satu atau dua dekade lagi sebelum melampau batas 1,5 derajat Celsius secara permanen.

Perjanjian Paris menetapkan tujuan untuk tetap menjaga suhu udara global yang meningkat tak lebih dari 2 derajat Celcius dan juga berusaha agar tak melewati 1,5 derajat Celsius - dan bila kenaikan suhu terjadi hal itu diharapkan terjadi dalam rentang waktu yang panjang ketimbang dalam kurun setahun.

Menurut Dr Joeri Rogelj, direktur riset di Institute Grantham, Imperial College London, "pengumuman dari Met Offce mengenai 1,5 derajat Celsius semestinya tak bisa disamakan dengan batas 1,5 derajat Celsius dalam Perjanjian Paris".

Ilustrasi dampak perubahan iklim pada bumi SHUTTERSTOCK/ParabolStudio Ilustrasi dampak perubahan iklim pada bumi

"Tujuan Perjanjian Paris mengacu pada pemanasan global - bahwa, peningkatan temperatur bumi setelah kita menghitung variasi dari tahun per tahun (YoY)," jelasnya.

"Satu tahun mencapai 1,5 derajat Celsius oleh karena itu bukan berarti Perjanjian Paris dilanggar, tapi itu tetaplah berita buruk.

"Hal ini mengatakan kepada kita, sekali lagi, bahwa tindakan kita mengendalikan perubahan iklim hingga saat ini sama sekali tidak cukup, dan emisi perlu segera dikurangi dengan cepat menuju nol untuk menghentikan pemanasan global".

Laporan penting dari panel perubahan iklim PBB pada 2018 menyoroti bagaimana dampak perubahan iklim bisa lebih parah ketika terjadi peningkatan suhu udara lebih besar dari 1,5 derajat Celsius.

Saat ini, perkiraan bahkan dengan perjanjian-perjanjian baru mengenai pengurangan emisi gas rumah kaca, tak akan membendung kenaikan suhu udara bumi hingga 3 derajat Celsius.

Sekretaris Jenderal WMO, Prof Petteri Taalas, mengatakan hasil penelitian terbaru itu "lebih dari sekadar statistik".

"Penelitian ini menunjukkan - dengan keterampilan ilmiah tertinggi - bahwa kita semakin secara terukur dan tak terelakan telah mendekati target terendah dari Perjanjian Paris mengenai Perubahan Iklim," jelasnya.

"Ini adalah panggilan untuk bertindak bahwa dunia perlu mempercepat komitmen untuk memangkas emisi gas rumah kaca dan mencapai karbon pada titik netral."

 

Suhu panas akibat pemanasan global di Bumi, terasa seperti di Gurun Sahara.Shutterstock Suhu panas akibat pemanasan global di Bumi, terasa seperti di Gurun Sahara.

Praf Ed Hawkins, peneliti iklim di University of Reading, mengatakan kepada saya, jika prediksi terbaru itu terbukti benar, "maka ini bukan berarti kita telah melampaui batas Perjanjian Paris."

Dia menunjukkan, bahwa pernah terjadi kenaikan suhu udara hingga 1,5 derajat Celsius pada bulan-bulan tertentu tahun 2016.

"Saat iklim memanas, kita telah mendapatkan bulan-bulan dengan kenaikan suhu di atas 1,5 derajat Celsius, kemudian mengurutkannya, kemudian selama satu tahun penuh berada di atas 1,5 derajat Celsius dan kemudian dua atau tiga tahun, dan kemudian hampir tiap tahun," kata Prof Hawkins.

Dia juga menggarisbawahi bahwa 1,5 derajat Celsius bukanlah angka ajaib yang harus kita hindari.

Baca juga: Perubahan Iklim Mengancam Keberadaan Lukisan Goa Tertua di Sulawesi

"Ini bukan bukanlah ujung dari sebuah jurang, ini lebih seperti lembah yang telah kita lalui, dan saat iklim memanas, efeknya semakin buruk.

"Kita seperti menetapkan garis di atas pasir untuk berusaha membatasi kenaikan suhu udara, tapi kita jelas-jelas perlu mengakui bahwa kita sedang melihat dampak nyata perubahan iklim di Inggris dan seluruh dunia, dampaknya akan terus berlanjut terus menjadi lebih buruk."

Laporan ini dikeluarkan jelang pertemuan perubahan iklim COP26, yang akan dihelat di Galsgow pada November mendatang.

Pertemuan ini bertujuan untuk mendorong cita-cita para pemimpin negara untuk mengatasi krisis iklim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com