Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] Satgas IDI Larang Vaksin AstraZeneca untuk 30 Tahun ke Bawah | Varian Baru Virus Corona Tak Terdeteksi Tes Antigen?

Kompas.com - 24/05/2021, 07:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoeban mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca tidak boleh digunakan untuk mereka yang berusia di bawah 30 tahun.

Bagaimana risetnya yang menjadi acuan rekomendasi tersebut pun menjadi salah satu berita populer Sains Kompas.com edisi Minggu (23/5/2021) hingga Senin (24/5/2021).

Selain itu, penjelasan ahli soal isu varian baru virus corona tidak dapat terdeteksi tes antigen menjadi berita populer lainnya.

Selain Covid-19, belakangan banyak yang mempromosikan tentang air fryer. Teknologi menggoreng minim minyak ini disebut jauh lebih sehat. Jangan telan mentah-mentah, sebab riset menunjukkan ada dampak buruk yang mengintai.

Baca juga: [POPULER SAINS] Fosil Buaya Pemangsa Hewan Besar Ditemukan di Australia | Tanda-tanda Keguguran

Apa saja berita populer Sains? Berikut ulasannya.

1. Alasan vaksin AstraZeneca tidak untuk 30 tahun ke bawah

Vaksin AstraZenecaflickr Vaksin AstraZeneca

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoeban mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca tidak boleh digunakan untuk mereka yang berusia di bawah 30 tahun.

Hal ini disampaikan Prof Zubairi dalam Twitternya, Jumat (21/5/2021).

"Ada pertanyaan lagi kepada saya tentang AstraZeneca. Apakah boleh untuk orang di bawah 30 tahun? Saya jawab, tidak boleh. Kenapa? Karena beberapa kejadian di Inggris mengaitkannya dengan pembekuan darah. Ada 79 kasus dari 20 juta dosis vaksin, 19 di antaranya meninggal," tulis Prof. Zubairi dalam twitnya.

Terkait risiko vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca dan Oxford ini, Prof. Zubairi mengatakan bahwa jelas, tidak ada pengobatan atau vaksin yang bebas dari risiko.

"Bagi saya, AstraZeneca memberi lebih banyak manfaat daripada risiko. Namun, untuk di bawah usia 30 tahun, vaksin lain mungkin pilihan yang lebih baik," imbuh dia.

Pada bulan April 2021, regulator Inggris mengatur bahwa orang berusia di bawah 30 tahun diberi vaksin selain AstraZeneca karena adanya risiko penggumpalan darah.

Namun pada awal Mei ini, Komite Bersama Vaksinasi dan Imunisasi (JCVI) Inggris memperbarui panduan tersebut.

Dilansir dari Forbes, 7 Mei 2021, panduan diubah setelah ditemukan kasus pembekuan darah pada orang berusia 30-39 tahun yang disuntik vaksin AstraZeneca juga berisiko mengalami pembekuan darah parah, meski jarang.

Apa saja yang ditemukan ilmuwan Inggris tentang vaksin AstraZeneca? Baca selengkapnya di sini:

Ketua Satgas IDI Larang Vaksin AstraZeneca untuk Usia 30 Tahun Ke Bawah, Ini Risetnya

2. Benarkah varian baru corona tidak terdeteksi antigen?

Salah seorang pemudik yang melakukan tes cepat antigen di posko penyekatan di Jalan Gatot Subroto, Jatiuwung, Kota Tangerang, pada Rabu (19/5/2021) malam.KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL Salah seorang pemudik yang melakukan tes cepat antigen di posko penyekatan di Jalan Gatot Subroto, Jatiuwung, Kota Tangerang, pada Rabu (19/5/2021) malam.

Kabar yang menyebut jika tes antigen dan PCR (Polymerase Chain Reaction) tidak bisa mendeteksi varian baru virus corona ditampik oleh ahli biologi molekuler Indonesia, Ahmad Utomo.

Menurutnya, tes PCR dan rapid test antigen masih bisa mendeteksi semua varian baru virus corona, termasuk varian B.1.617 dari India.

“Tidak benar itu, tes antigen tentu masih bisa menangkap semua varian,” ujarnya pada Kompas.com.

Lebih lanjut ia menjelaskan, tes tersebut mendeteksi protein nukleokapsid pada virus, yang mana akan selalu lestari dan dan tidak akan berubah.

“Yang bisa berubah pada setiap varian virus itu sebenarnya protein spike,” imbuhnya.

Baca penjelasan selengkapnya di sini:

Benarkah Varian Baru Virus Corona Tak Terdeteksi Tes Antigen? Begini Penjelasan Ahli

3. Struktur lapisan bumi

Ilustrasi daratan benua Asia.SHUTTERSTOCK/Johan Swanepoel Ilustrasi daratan benua Asia.

Struktur dalam bumi berlapis terdiri dari tiga lingkaran yang konsentris, yaitu kerak (crust), mantel (mantle) dan inti bumi (inner and outer core).

Berdasarkan hasil penelitian, bumi memiliki jari-jari sepanjang 6.371 kilometer.

Penjelasan lapisan bumi berurutan dari yang paling luar hingga paling dalam bisa dibaca di sini:

Struktur Lapisan Bumi Beserta Penjelasan Per Lapisan

4. Bahaya menggoreng dengan air fryer

Ilustrasi memasak dengan air fryerShutterstock Ilustrasi memasak dengan air fryer

Banyak yang mengklaim bahwa menggoreng dengan air fryer merupakan alternatif yang membuat makanan jadi lebih sehat.

Baru-baru ini, popularitas air fryer pun melonjak dengan harapan bisa menikmati makanan yang digoreng tanpa efek yang merugikan kesehatan.

Menggoreng makanan dengan air fryer memiliki kandungan lemak yang lebih sedikit dibandingkan makanan yang digoreng dengan minyak.

Inilah yang membuat air fryer diyakini bikin makanan lebih sehat.

Terlepas dari kepercayaan yang mengikuti, ahli menyebut menggoreng dengan air fryer juga memiliki efek samping seperti:

  •  Menciptakan senyawa berbahaya
  • Tidak ada jaminan lebih sehat

Baca penjelasan selengkapnya di sini:

Bahaya Menggoreng dengan Air Fryer, Tak Jamin Makanan Lebih Sehat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com