Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasangan Pengantin Gay Thailand Dihujat Netizen Indonesia, Psikolog Sebut Ada Faktor Stres

Kompas.com - 14/04/2021, 20:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com- Pasangan pengantin gay asal Thailand dihujat ramai-ramai oleh netizen Indonesia. Selain komentar jahat, pasangan ini juga mendapat ancaman mati.

Akibatnya, Suriya Koedsang, salah satu penganti gay tersebut menempuh jalur hukum dengan melaporkan hal itu ke Ronnarong Kaewpetch dari Network of Campaigning for Justice, seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (13/4/2021).

Jalur hukum terpaksa ditempuh setelah Suriya menerima ancaman mati terhadap suami, orangtua, hingga fotografer pernikahan mereka.

Pasangan gay Thailand ini dihujat beramai-ramai oleh netizen Indonesia di Facebook, setelah Suriya mengunggah foto-foto pernikahan mereka.

Sebagian besar warganet juga menyebut pernikahan mereka 'dilarang oleh Tuhan' hingga 'bakal membuat dunia kiamat'.

Baca juga: Pasangan Penguin Gay Culik Bayi Penguin di Kebun Binatang Denmark

 

Menanggapi hujatan kepada pasangan pengantin gay Thailand ini, psikolog sosial asal Solo, Hening Widyastuti mengatakan, netizen Indonesia terkenal blak-blakkan dan berani merespons terang-terangan terhadap sesuatu yang dianggap mereka tidak sesuai dengan pendapat mereka.

"Tentunya, ada nilai positif dan ada negatifnya juga (dari karakter netizen Indonesia itu)," kata Hening saat dihubungi Kompas.com, Rabu (14/4/2021).

Sisi positif karakter blak-blakan netizen Indonesia dapat dilihat saat kompetisi bulutangkis dunia, All England, Inggris, yang membuat para atlet gagal bertanding beberapa waktu lalu.

Baca juga: Heboh Pasangan Gay Adopsi Anak, Apa Kata Para Peneliti?

 

"Kekuatan netizen terhadap kesatuan bangsa membangkitkan dengan cepat lintas agama, ras, suku dan budaya untuk kepentingan bangsa ini, contoh kasus All England," kata Hening.

Namun, sisi negatifnya, apabila yang diserang secara psikologis tidak kuat, maka akan membuat seseorang mengalami depresi, saat netizen Indonesia mengunggah komentar-komentar buruk. Mengapa ini terjadi?

"Sikap dan perilaku netizen Indonesia itu sangat dipengaruhi oleh situasi politik, ekonomi dan sosial yang tidak stabil," jelas Hening.

Sedangkan terkait kasus hujatan terhadap pasangan pengantin gay Thailand ini, Hening mengungkapkan bahwa bagi netizen Indonesia, jelas secara moral etika budaya Asia, khususnya Indonesia pada dasarnya belum bisa diterima masyarakat.

Baca juga: Pasanganmu Gay, Straight, atau Bi? Kecerdasan Buatan Baru Bisa Deteksi

Suriya Koedsang (kanan) bersama suaminya dalam pesta pernikahan. Pasangan sesama jenis asal Thailand itu dihujat oleh netizen Indonesia, bahkan mengarah ke ancaman mati.FACEBOOK/SURIYA KOEDSANG via Coconut Suriya Koedsang (kanan) bersama suaminya dalam pesta pernikahan. Pasangan sesama jenis asal Thailand itu dihujat oleh netizen Indonesia, bahkan mengarah ke ancaman mati.

"Apalagi (pasangan gay Thailand) terang-terangan mengumumkan pernikahan gay tersebut, sehingga ini memicu netizen Indonesia untuk bereaksi negatif terhadap kasus tersebut," papar Hening.

Bahkan, dengan berani blak-blakkan dalam berkomentar, yang cenderung vulgar dan kasar, kata Hening, ini dapat membuat orang yang dihujat secara personal mengalami stres dan tertekan.

Penyebab netizen luapkan komentar buruk

Hening menjelaskan bahwa kondisi reformasi dan arus keterbukaan publik dalam menyampaikan pendapat, ditambah akses media sosial yang luar biasa mudah, juga sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku mereka.

Baca juga: Pasangan Penguin Gay Culik Bayi Penguin di Kebun Binatang Denmark

 

Lantas, apa yang menyebabkan netizen bisa berkomentar buruk hingga dapat menyerang orang secara psikologis?

Sebenarnya, sebagian masyarakat sudah lelah dan stres dengan situasi saat ini.

"Dengan cara itulah mereka bisa meluapkan rasa stres yang berkecamuk dalam dirinya. Luapan emosi bisa lepas dengan, salah satunya merespons pada kasus-kasus tertentu di medsos. Imbasnya, mereka (kemudian) merasa puas dan lega," ungkap Hening.

Penyebab lain yang dapat mendorong rasa keinginan berkomentar di medsos juga bisa berasal dari alasan keluarga yang carut-marut, tidak harmonis, karena situasi sulit saat ini, yakni di tengah pandemi Covid-19 yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan.

Baca juga: Viral Foto Dua Singa Jantan Berpelukan Mesra, Apakah Mereka Gay?

 

Sebagian besar pengguna sosial media adalah anak muda dan orang dewasa, yang bahkan cenderung telah berusia matang.

Hening menambahkan bahwa kecerdasan emosional dalam kaitannya kontrol diri, juga turut memengaruhi perilaku netizen.

Kontrol diri, kata Hening, merupakan kemampuan untuk mengendalikan diri antara sikap perilaku, pikiran dan emosi di dalam diri.

"Hal ini tidak berpatokan pada usia. Kemampuan kontrol diri bisa saja terjadi pada anak muda. Lebih menitikberatkan pada kemampuan untuk mengontrol diri pada masing-masing orang," jelas Hening.

Baca juga: 9 Fakta tentang Tangan Kidal, Tubuh Atletis hingga Kecenderungan Gay

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com