Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Temukan Hubungan Covid-19 dengan Depresi dan Demensia

Kompas.com - 12/04/2021, 10:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Dan demensia didiagnosis pada 0,7 persen dari semua pasien Covid-19, namun 5 persen dari mereka yang merasakan delirium sebagai gejala.

"Studi-studi sebelumnya menyoroti bahwa orang dengan demensia risikonya lebih tinggi untuk menderita Covid-19 yang parah. Studi terbaru ini menyelidiki apakah hubungan ini juga berlaku sebaliknya (penderita Covid-19 yang parah lebih berisiko mengembangkan demensia)," kata Dr Sara Imarisio, kepala divisi riset di Alzheimer's Research UK.

"Studi ini tidak berfokus pada penyebab hubungan ini dan penting bagi para peneliti untuk mengetahui apa yang mendasari temuan ini."

Terdapat bukti bahwa virus dapat masuk ke dalam otak dan menyebabkan kerusakan langsung, profesor neurologi Masud Husain dari Universitas Oxford menjelaskan.

Ini dapat memberi efek tidak langsung lainnya, misalnya memengaruhi pembekuan darah yang dapat menyebabkan stroke. Dan peradangan biasa yang terjadi di dalam tubuh saat merespons infeksi dapat memengaruhi otak.

Bagi lebih dari sepertiga orang yang mengembangkan satu atau lebih dari kondisi tersebut, ini adalah diagnosis pertama mereka.

Tetapi bahkan bagi mereka yang sejak awal mengidap kondisi tersebut, dan kambuh lagi setelah terinfeksi, para peneliti mengatakan ini tidak menghapus kemungkinan bahwa Covid-19 menyebabkan episode baru penyakit.

Baca juga: Depresi Bisa Dialami Semua Orang, Ini Bedanya dengan Emosi Sesaat

Prof Dame Til Wykes, di Institute of Psychiatry, Psychology and Neuroscience, King's College London, mengatakan: "Studi ini menegaskan kecurigaan kami bahwa diagnosis Covid-19 tidak hanya terkait dengan gejala pernapasan, tetapi juga terkait dengan masalah kejiwaan dan neurologis.

"Mengamati [kondisi pasien] lebih dari enam bulan setelah diagnosis menunjukkan bahwa "efek samping"dapat muncul lebih lama dari yang diperkirakan - hal yang tidak mengherankan bagi mereka yang menderita Covid jangka panjang.

"Meskipun sesuai harapan, hasilnya lebih serius pada mereka yang dirawat di rumah sakit, penelitian ini menunjukkan bahwa efek serius juga terlihat pada mereka yang tidak dirawat di rumah sakit."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com