Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Temukan Hubungan Covid-19 dengan Depresi dan Demensia

Kompas.com - 12/04/2021, 10:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Penelitian menemukan bahwa orang yang didiagnosis dengan Covid-19 dalam enam bulan terakhir lebih mungkin mengalami depresi, demensia, psikosis, dan stroke.

Sepertiga dari orang yang pernah terinfeksi Covid-19 mengembangkan suatu kondisi psikologis atau neurologis, atau mengalami kondisi tersebut kambuh lagi.

Akan tetapi mereka yang dirawat di rumah sakit atau dalam perawatan intensif jauh lebih berisiko.

Para peneliti menyoroti efek stres, dan dampak langsung virus pada otak.

Baca juga: 5 Manfaat Teh Saffron, Mengurangi Depresi hingga Meringankan PMS

Sekelompok ilmuwan di Inggris memeriksa catatan medis lebih dari setengah juta pasien di AS, serta peluang mereka mengembangkan salah satu dari 14 kondisi psikologis atau neurologis yang umum, termasuk:

  • Pendarahan otak
  • Stroke
  • Parkinson
  • Sindrom Guillain-Barré
  • Demensia
  • Psikosis
  • Gangguan mood
  • Gangguan kecemasan

Para peneliti menjelaskan, kegelisahan dan gangguan mood adalah diagnosis paling umum di antara mereka yang terinfeksi Covid-19, dan ini kemungkinan disebabkan oleh stres akibat pengalaman sakit parah atau dibawa ke rumah sakit.

Kondisi seperti stroke dan demensia lebih mungkin disebabkan oleh dampak biologis dari virus itu sendiri, atau reaksi tubuh terhadap infeksi secara umum.

Covid-19 tampaknya tidak berkaitan dengan peningkatan risiko Parkinson atau sindrom Guillain-Barré (risiko dari flu).

Sebab dan akibat

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Psychiatry ini bersifat observasional. Jadi para peneliti tidak dapat mengatakan apakah Covid-19 merupakan penyebab diagnosis - dan beberapa orang akan mengalami stroke atau depresi dalam enam bulan ke depan, terlepas dari infeksi Covid.

Tetapi dengan membandingkan sekelompok orang yang pernah menderita Covid-19 dengan dua kelompok - penderita flu dan penderita infeksi saluran pernapasan lainnya - para peneliti di Universitas Oxford menyimpulkan bahwa Covid-19 berkaitan dengan lebih banyak kondisi otak daripada penyakit pernapasan lainnya.

Para peserta dicocokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, etnis, dan kondisi kesehatan, agar dapat dibandingkan sebaik mungkin.

Penderita Covid-19 16 persen lebih mungkin mengembangkan gangguan psikologis atau neurologis setelah sakit dibandingkan penderita infeksi pernapasan lainnya, dan 44 persen lebih mungkin dibandingkan orang yang pulih dari flu.

Selain itu, semakin parah penyakit pasien, semakin besar kemungkinan mereka untuk didiagnosis dengan gangguan kesehatan mental atau gangguan otak.

Gangguan mood, kecemasan, atau psikotik mempengaruhi 24 persen dari semua pasien tetapi angka ini meningkat menjadi 25 persen pada mereka yang dirawat di rumah sakit, 28 persen pada orang yang dalam perawatan intensif, dan 36 persen pada orang yang mengalami delirium (kebingungan parah, mengigau) saat sakit.

Stroke memengaruhi 2 persen dari semua pasien Covid-19, bertambah menjadi 7 persen dari mereka yang dirawat di ICU, dan 9 persen dari mereka yang mengalami delirium.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com