Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emas Logam Berharga Pertama yang Menarik Perhatian Manusia

Kompas.com - 08/04/2021, 08:30 WIB
Dea Syifa Ananda,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber Britannica

Faktor utama dalam peningkatan pasokan emas dunia adalah diperkenalkannya proses sianida pada tahun 1890 untuk mendapatkan kembali emas dari bijih berkadar rendah dan bijih yang mengandung emas berukuran partikel kecil.

Sepanjang abad ke-20, penambangan emas terus berkembang seiring meningkatnya produksi dan permintaan akan logam mulia ini.

Sebagian disebabkan oleh perbaikan metode pemulihan dan sebagian karena pertumbuhan serta perluasan operasi penambangan emas di Afrika Selatan yang berkelanjutan.

Pada akhir abad ke-20, empat negara yaitu Afrika Selatan, Rusia, Amerika Serikat, dan Australia telah menyumbang dua pertiga dari emas yang diproduksi setiap tahun di seluruh dunia.

Baca juga: Jamur Ini Tunjukan Lokasi Cadangan Emas di Perut Bumi

 

Pada awal abad ke-21, China memimpin dunia dalam produksi emas. Selama periode ini, Australia, Amerika Serikat, Rusia, Kanada, dan Afrika Selatan juga terus memasok logam mulia dalam jumlah besar.

Karena emas murni terlalu lunak untuk ditahan dalam waktu lama, biasanya emas tersebut dicampur dengan logam lain untuk meningkatkan kekerasannya, sehingga dapat digunakan dalam pembuatan perhiasan emas, peralatan emas, atau koin.

Saat ini, emas yang digunakan dalam perhiasan kebanyakan dicampur dengan perak, tembaga, dan sedikit seng untuk menghasilkan berbagai corak emas kuning atau dengan nikel, tembaga, dan seng untuk menghasilkan emas putih.

Kandungan paduan logam emas diekspresikan dalam urutan 24, yang disebut karat. Paduan logam mulia yang berharga ini tersedia dalam 12 karat yakni mengandung 50 persen emas, dan 24 karat yang mengandung emas murni.

Baca juga: Terkubur 1.100 Tahun, Ratusan Koin Emas Era Kekhalifahan Abbasiyah Ditemukan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com