Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaji Suami Lebih Kecil dari Istri, Bisakah Hubungan Tetap Harmonis?

Kompas.com - 17/03/2021, 16:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

"Yang menjadi tantangan ketika gaji istri lebih tinggi dari suami, yang pertama adalah konsep diri. Baik di dalam diri suami juga istri," kata Astrid WEN, Psikolog Anak & Keluarga, dihubungi Kompas.com, Rabu (17/3/2021).

Dijelaskan Astrid, ketika suami terbiasa tumbuh dalam lingkungan atau budaya yang punya pola pikir suami harus memiliki penghasilan lebih tinggi dari istri, suami disebut kompeten jika kesuksesannya lebih besar daripada istri, atau harga dirinya diletakkan pada jumlah angka (penghasilan), tentu saja ini yang akan memicu konflik antar pasangan.

Namun ketika suami tumbuh di lingkungan atau budaya yang tidak mempersalahkan jika penghasilan laki-laki lebih rendah dibanding perempuan, maka suami dapat memiliki konsep diri yang tidak terkait dengan penghasilan istri.

"Jadi dia (suami) enggak ada perasaan malu (jika penghasilan istri lebih besar)," ujar Astrid yang juga seorang pendiri PION Clinician dan Theraplay Indonesia.

"Ketika suami memiliki rasa malu, maksudnya terlukai harga dirinya, terkait dengan penghasilan, maka pasangan ini rentan konflik. Ketimbang pasangan-pasangan, baik suami menilai baik dirinya sendiri dan baik istri menilai pasangan enggak dari faktor itu (penghasilan)," imbuh dia.

Bagaimana menyelamatkan hubungan rumah tangga?

Untuk menyelamatkan hubungan, kata Astrid, perlu ada pembaharuan konsep diri.

Baik itu di dalam diri suami memandang dirinya sendiri, juga di dalam istri bagaimana memandang suaminya.

Pasalnya beberapa kasus juga menunjukkan, ketika istri memiliki penghasilan lebih tinggi dari suaminya kemudian dia menjadi semena-mena dan merasa lebih berkuasa.

Kondisi ini juga bisa memicu tumbuhnya hubungan yang tidak saling menghargai dan akhirnya makin memperburuk keharmonisan rumah tangga.

"Hubungan suami istri itu selamat kalau dua-duanya masih saling menghargai satu sama lain, plus enggak ada rasa malu yang tumbuh karena kekurangan mereka," ujar Astrid.

Untuk mencapai hal tersebut, dikatakan Astrid, butuh keterbukaan antara suami dan istri, termasuk ketika ada rasa malu atau rasa tidak nyaman.

"Misalnya, aku malu nih karena penghasilanku lebih sedikit dari pada kamu. Dan istri juga harus cerita, kadang-kadang istri juga merasa tidak enak ketika penghasilannya lebih besar," kata Astrid.

"Duh suamiku nyaman enggak ya dengan aku terus yang biayain. Karena kan suami pasti ada perasaan ingin membiayai."

Baca juga: Berbagi Tugas Rumah Tangga Tingkatkan Frekuensi Bercinta

Astrid mengingatkan, pembagian peran dalam rumah tangga menjadi penting untuk menjaga keharmonisan berkeluarga.

"Ada kok keluarga yang istrinya bekerja, single in come dan bapaknya di rumah, ngurus anak. Kalau mereka senang ya go for it."

Dia berkata, yang paling penting dalam hubungan rumah tangga adalah hubungan suami istri, bagaimana mereka ingin dihargai oleh pasangannya satu sama lain.

"Dan kalau ada ketidaknyamanan itu dibicarakan," sarannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com