KOMPAS.com - Ahli selalu mengkhawatirkan terjadi peningkatan kasus baru positif terinfeksi Covid-19 setelah kerumunan masal terjadi.
Begitupun dengan pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak yang akan dilaksanakan di sejumlah daerah Indonesia pada hari ini, Rabu (9/12/2020).
Pasalnya, penyelenggaraan pilkada ini dilakukan saat pandemi Covid-19 masih terus meningkat angka infeksinya setiap hari.
Baca juga: Mulai Ngantor? Ini 5 Cara Mencegah Covid-19 di Lingkungan Kerja
Berdasarkan data yang dihimpun pemerintah, hingga pukul 12.00 WIB, Selasa (8/12/2020), ada penambahan 5.292 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Penambahan itu menyebabkan jumlah total kasus Covid-19 di Indonesia kini mencapai 586.842 orang, terhitung sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 Maret 2020.
Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan pelaksanaan pilkada dengan kondisi Covid-19 di Indonesia saat ini sebenarnya berisiko, mengingat angka kasus baru infeksi positif Covid-19 masih tinggi.
Sehingga, kerumunan masa dan penularan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang tidak terdeteksi pada populasi, rentan akan menyebabkan wabah dengan rasio kematian tinggi di suatu wilayah, termasuk wilayah pilkada tersebut.
Sayangnya, pelaksanaan pilkada tidak bisa lagi dibatalkan. Sehingga, upaya pencegahan harus benar-benar dilakukan dengan optimal.
Berikut beberapa tips mencegah penularan Covid-19 saat pilkada.
Menurut Dicky, penting bagi semua pihak yang terlibat dalam pilkada untuk melakukan testing beberapa hari sebelum dan sesudah ikut pilkada.
"Penting sekali para peserta melakukan tes antigen (rapid test) Covid-19, minimal satu hari sebelum pilkada berlangsung," kata Dicky kepada Kompas.com, Rabu (8/12/2020).
"Sehingga bisa tahu dan meminimalisir potensi adanya orang yang memang membawa virus (SARS-CoV-2) besok, ini yang harus dilakukan saat ini," imbuhnya.
Namun, ia juga menegaskan, melakukan tes antigen ini tidak cukup hanya satu kali.
Satu atau dua hari setelah pelaksanaan pilkada, tes antigen Covid-19 juga harus dilakukan kembali oleh para pemilih dan panitia penyelenggara terlibat.
Testing ini sangat diperlukan, karena dampaknya akan berkaitan erat dengan pelaksanaan tracing, untuk mendeteksi dan menemukan kasus baru yang ada.
Testing dan tracing yang tepat akan dapat mengurangi risiko adanya penularan dan terjadinya klaster pilkada.
"Kalau itu (tes antigen) tidak dilakukan, mau sebegitunya protokol ya tidak akan terlalu efektif, terutama di tengah situasi pandemi yang tidak terkendali," jelasnya.
Menurut Dicky, tidak ada rujukan yang sah yang mengatakan protokol akan menjamin kemanan dalam situasi yang tidak terkendali.
"Jadi itu yang harus dilakukan," ucap dia.
Baca juga: 7 Ciri Masker Kain Tak Efektif Cegah Covid-19, Termasuk Tali Kendur