Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Umumkan Distribusi Vaksin Virus Corona, Rencananya Ada 2 Tahap

Kompas.com - 23/09/2020, 16:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia akhirnya menjawab pertanyaan penting yang diajukan banyak negara, yakni soal distribusi vaksin.

Saat vaksin Covid-19 yang aman dan efektif ditemukan, bagaimana mendistribusikan ke seluruh dunia?

Dalam jumpa pers yang dilakukan Senin (21/9/2020), Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan jawaban bagaimana mendistribusikan vaksin ke seluruh dunia.

Rencananya, ada dua tahap distribusi yang akan dipelajari dan dinilai dengan cermat.

Baca juga: Ilmuwan Inggris Uji Vaksin Corona dengan Cara Dihirup

Pada tahap pertama, dosis akan didistribusikan secara proposional.

Artinya, setiap negara yang tergabung dalam program Covid-19 Vaccines Global Acces Facility (Covax) akan mendapat dosis untuk satu bagian dari populasinya. Dimulai dari 3 persen hingga 20 persen.

Jika pasokan masih terbatas setelah ambang 20 persen dosis vaksin terpenuhi, maka akan dialihkan ke metode alokasi.

Tahap 2, Covax akan mempertimbangkan tingkat risiko setiap negara, mengirim lebih banyak dosis ke negara-negara dengan risiko tertinggi.

Rencana tersebut menjelaskan bahwa setiap negara yang berpartisipasi dalam Covax dapat memutuskan siapa yang akan divaksin terlebih dahulu.

Namun gagasan ini didasarkan pada gagasan bahwa dosis vaksin untuk 3 persen populasi suatu negara sudah digunakan untuk memvaksinasi pekerja medis terlebih dahulu kemudian kelompok berisiko tinggi lainnya.

"Memberi dosis yang cukup ke setiap negara untuk diberikan ke orang yang berisiko tinggi meninggal adalah pendekatan terbaik untuk memaksimalkan dampak dari sejumlah kecil vaksin," ujar Mariângela Batista Galvão Simão, asisten direktur jenderal WHO untuk obat-obatan dan produk kesehatan seperti dilansir The Washington, Senin (21/9/2020).

Di sisi lain, dalam laporan kebijakan bulan ini yang terbit di jurnal Science, ahli menawarkan rencana distribusi alternatif yang disebut Model Prioritas Adil. Rencana ini dinilai merujuk pada pendekatan berbasis negara yang kritis.

Peneliti berpendapat, tidak masuk akal hanya memberikan 3 persen bagian yang sama untuk tiap negara. Mereka memberi contoh Selandia Baru dan Papua Niugini yang memiliki kebutuhan dan sumber daya sangat berbeda.

Ilustrasi vaksin Covid-19. (Do. Shutterstock) Ilustrasi vaksin Covid-19. (Do. Shutterstock)

Selain itu ahli juga menyoroti tenaga medis di negara kaya memiliki risiko lebih rendah dibanding masyarakat umum di negara berisiko tinggi.

Para kritikus berpendapat bahwa distribusi harus difokuskan pada manfaat orang, membatasi kerugian, memprioritaskan yang kurang beruntung, dan menunjukkan kepedulian moral yang sama untuk semua individu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com