Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Dibikin Bingung oleh Serangan Orca Paus Pembunuh 2 Bulan Terakhir

Kompas.com - 16/09/2020, 13:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Nasib sial dialami banyak pelaut di sepanjang pantai Spanyol dan Portugis. Bagaimana tidak, mereka diserang oleh sekelompok orca atau paus pembunuh hingga merusak kapal.

Beberapa awak kapal pun dikabarkan mengalami memar karena ditabrak orca dari bawah.

Insiden yang terjadi sejak Juli ini membuat para ilmuwan bingung. Pasalnya, jenis agresi seperti ini sangat jarang terjadi.

Menurut pemberitaan The Insider, Minggu (13/9/2020), dalam dua bulan terakhir pelaut sangat sering mengirimkan panggilan darurat karena ulah orca.

Baca juga: Rusia Akan Bebaskan Hampir 100 Orca dan Beluga dari Penjara Paus

Serangan orca

Banyak laporan yang menyebut anggota awak kapal mengalami memar dan ada satu kapal yang harus ditarik ke pelabuhan karena kerusakan serius.

Salah seorang korban serangan paus pembunuh adalah kapal yang panjangnya 14 meter. Ketika berada di lepas pantai Cape Trafalgar di Spanyol, kapal itu diserang sembilan orca.

Salah satu anggota awak Victoria Morris mengatakan, paus pembunuh yang bobotnya mencapai 6 ton menabrak kapal mereka terus menerus selama satu jam. Ini menyebabkan kapal berputar 180 derajat dan mesin mati.

Morris mengatakan kepada The Observer, insiden yang terjadi pada 28 Juli itu terasa seperti serangan yang sangat bising.

"Suaranya sangat menakutkan. Mereka menabrak kapal, kemudian muncul gema yang mengerikan. Saya pikir paus-paus itu bisa membalikkan perahu," kata Morris.

"Mereka seperti bersiul satu sama lain, seperti berkomunikasi. Dan suaranya sangat memekakkan telinga, begitu keras sehingga kami harus berteriak," imbuhnya.

Ketika bantuan tiba, kumpulan paus pembunuh bubar. Namun, kapal yang dinaiki Morris dan timnya harus ditarik ke kota terdekat, Barbate karena kemudinya rusak dan ada bekas gigi di sepanjang bagian bawah kapal.

Selain kapal milik Morris, seorang pria bernama Nick Giles yang mengendarai kapal sepanjang 10,34 meter seorang diri juga menjadi korban serangan orca.

Dia mendengar suara seperti palu godam dan melihat roda kapalnya berputar dengan kekuatan yang luar biasa. Kapal pesiarnya kemudian berputar 180 derajat dan dia merasa terangkat.

Paus Orcashutterstock Paus Orca

"Perahu itu terangkat setengah kaki (sekitar 15 sentimeter) dan saya didorong oleh paus kedua dari belakang," kata Nick Giles.

Ketika dia mulai mengatur ulang kabel, orca yang lain menghantam lagi.

"Jari saya hampir terpotong karenanya," imbuhnya.

Serangan lain, seorang awak kapal pengiriman di dekat Barbate mengatakan kepada otoritas pelabuhan bahwa kekuatan orca yang menyerang kapal hampir membuat bahu juru mudi terkilir dan membuat seluruh kapal pesiar berputar 120 derajat.

Kata peneliti

Para peneliti mengatakan, bukan hal aneh jika orca ingin mengikuti atau bahkan berinteraksi dengan kapal mengingat mamalia laut ini merupakan hewan sosial yang sangat ingin tahu.

Namun insiden agresif yang terjadi berulang kali ini dianggap peneliti tidak wajar.

Peneliti berkata, kecil kemungkinannya orca melakukan serangan yang disengaja.

"Paus pembunuh yang mengambil kemudi kapal itu gila," kata Rocío Espada, yang bekerja dengan laboratorium biologi kelautan di Universitas Seville dan telah mengamati populasi orca di Selat Gibraltar ini selama bertahun-tahun, kepada The Observer.

"Saya telah melihat bagaimana orca tumbuh sejak dari bayi. Saya tahu kisah hidup mereka. Tapi saya belum pernah melihat atau mendengar tentang serangan agresif mereka," imbuhnya.

Baca juga: Paus Pembunuh yang 2 Tahun Lalu Berduka, Baru Saja Lahirkan Anak Sehat

Ruth Esteban, yang juga mempelajari orca di selat Gibraltar secara ekstensif mengatakan bahwa tidak mungkin beberapa kelompok orca menunjukkan perilaku yang tidak biasa tanpa ada sesuatu yang bertanggung jawab.

Espada percaya bahwa serangan itu dapat mengindikasikan stres karena orca Gibraltar terancam punah dan sering bersaing dengan perahu nelayan untuk mendapatkan makanan di perairan yang bising dan tercemar di selat yang sibuk itu.

Ezequiel Andréu Cazalla, seorang peneliti cetacea yang juga berbicara dengan The Observer menggambarkan Selat Gibraltar sebagai tempat terburuk bagi orca untuk hidup.

Peneliti lain, Pauline Gauffier, mengatakan bahwa persaingan untuk tuna sirip biru secara khusus telah membawa populasi orca lokal ke ujung jurang kepunahan. Di mana saat ini hanya tersisa sekitar 30 orca dewasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com