Hal ini dapat mengganggu penglihatan jarak dekat pada astronot, yang disebut dengan neurookuler.
Masih banyak yang harus dipelajari mengenai fenomena ini. Sebab, tak semua astronot maupun kosmonot yang kembali ke bumi setelah melakukan perjalanan luar angkasa memiliki gangguan penglihatan.
Bahkan, beberapa dari mereka penglihatannya segera pulih setelah kembali ke Bumi.
Meski begitu, peneliti menyebut jika kedua perubahan itu berpotensi bertahan lama. Hanya saja peneliti masih mencoba untuk menentukan seberapa jauh gangguan tersebut bisa terjadi.
Baca juga: Untuk Pertama Kalinya, Tulang Manusia Direkayasa di Luar Angkasa
Perubahan otak kosmonot ini menurut peneliti sebenarnya merupakan beberapa efek umum yang terjadi pada semua orang yang menghabiskan waktu berbulan-bulan di luar angkasa.
Sebab, otak manusia dapat beradaptasi dengan lingkungan dan pengalaman baru.
Lebih lanjut, secara keseluruhan Jillings dalam penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal Science Advances, menambahkan jika studinya tidak menemukan efek kesehatan yang serius terkait dengan perjalanan luar angkasa.
"Kami tidak menemukan bukti perubahan yang merugikan pada otak (kosmonot). Ini sebenarnya lebih merupakan adaptasi. Sehingga ketika mereka pergi ke misi berikutnya mereka dapat beradaptasi dengan cepat," tambah Jillings.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.