Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Rekomendasikan Obat Steroid untuk Pengobatan Pasien Covid-19 Kritis

Kompas.com - 03/09/2020, 17:01 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Infeksi Covid-19 yang parah dapat mengancam jiwa pasien. Oleh sebab itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan obat pada pasien yang kritis.

Berdasarkan uji klinis internasional yang diterbitkan, Rabu (2/9/2020), mengkonfirmasi bahwa obat steroid yang murah dan tersedia secara luas memberikan harapan untuk membantu pasien yang kritis karena Covid-19.

Melansir New York Times, Kamis (3/9/2020), berdasarkan bukti baru ini, WHO mengeluarkan pedoman pengobatan baru dan sangat merekomendasikan steroid untuk mengobati pasien yang sakit parah dan kritis.

Akan tetapi, obat ini tidak dianjurkan untuk digunakan pada pasien dengan penyakit ringan.

Baca juga: Plasma Konvalesen untuk Pengobatan Covid-19, Begini Syarat Jadi Donor

"Jelas, sekarang steroid adalah standar perawatan," kata Dr. Howard C. Bauchner, pemimpin redaksi Journal of American Medical Association (JAMA) yang menerbitkan lima makalah tentang pengobatan tersebut.

Studi baru telah mencakup analisis yang mengumpulkan data dari tujuh uji klinis yang mengevaluasi tiga steroid pada lebih dari 1.700 pasien.

Dalam studi ini disimpulkan bahwa masing-masing dari ketiga obat itu dapat mengurangi risiko kematian.

Ilustrasi dexamethasone untuk obati pasien Covid-19.Shutterstock Ilustrasi dexamethasone untuk obati pasien Covid-19.

Baca juga: Disebut Efektif Obati Covid-19, WHO Minta Produksi Dexamethasone Ditambah

Tiga penelitian steroid dan beberapa studi terkait telah diterbitkan dalam jurnal JAMA.

Menurut penulis, kortikosteroid saat ini menjadi pengobatan lini pertama untuk pasien kritis. Sedangkan satu-satunya obat yang terbukti efektif pada pasien yang sakit parah, adalah remdesivir.

Steroid seperti yang ada pada Dexamethasone, hidrokortison, dan metilprednisolon sering digunakan dokter untuk mengurangi peradangan, pembengkakan dan nyeri.

Sebab, kebanyakan pasien Covid-19 yang meninggal bukan karena virus corona yang menginfeksi, tetapi karena reaksi tubuh yang berlebihan terhadap infeksi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com