Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati, Makanan Ultra-proses Bisa Membuat Sel Menua Lebih Cepat

Kompas.com - 03/09/2020, 13:06 WIB
Dinda Zavira Oktavia ,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada masa modern ini, kita hidup dibanjiri dengan makanan ultra-proses. Makanan ultra-proses merupakan makanan olahan secara industri yang sering kali kurang gizi dan menyertakan perasa, pewarna, pengemulsi, pengawet, dan bahan-bahan aditif lainnya.

Apa yang terjadi bila kita terus-terusan mengonsumsi makanan ultra-proses?

Sebuah studi baru menemukan bahwa kebiasaaan makan makanan ultra-proses berkaitan dengan penuaan lebih lanjut pada tingkat seluler.

Baca juga: Kertas Pembungkus Junk Food Juga Berbahaya untuk Kesehatan

Dilansir dari Science Alert, Selasa (1/9/2020) orang yang sering mengkonsumi makanan jenis tersebut menunjukkan adanya perubahan dalam kromosom mereka yang berkaitan dengan penuaan, menurut penelitian yang dipresentasikan pada Selasa di Konferensi Eropa dan Internasional tentang Obesitas.

Bahkan, mengkonsumsi tiga porsi atau lebih makanan ultra-proses dalam sehari ditemukan dapat melipatgandakan kemungkinan untai DNA dan protein yang disebut telomer, yang ditemukan di ujung kromosom, menjadi lebih pendek bila dibandingkan dengan orang yang jarang mengonsumsi makanan semacam itu.

Padahal, telomer pendek merupakan penanda penuaan biologis pada tingkat sel, dan penelitian tersebut menunjukkan bahwa makanan bisa menjadi faktor yang mendorong sel untuk menua lebih cepat.

Baca juga: Cara Mudah Kurangi Konsumsi Junk Food

Untuk diketahui, setiap sel manusia memiliki 23 pasang kromosom yang mengandung kode genetik.

Seiring bertambahnya usia, telomer akan memendek secara alami karena setiap kali sel membelah, sebagian dari telomer akan hilang.

Penurunan panjang tersebut telah lama diakui sebagai penanda usia biologis.

Telomer memang tidak membawa informasi genetik, tetapi ia memiliki penting untuk menjaga stabilitas dan integritas kromosom, termasuk DNA yang berada di dalamnya.

Bagaimana studi ini dilakukan?

Para ilmuwan yang dipimpin oleh profesor Maria Bes-Rastrollo dan Amelia Marti dari Universitas Navarra di Spanyol menemukan hal ini setelah menyelidiki dugaan hubungan antara konsumsi rutin junk food dengan menyusutnya telomer.

Mereka berangkat dari penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan korelasi kuat antara makanan ultra-proses dengan hipertensi, obesitas, depresi, diabetes tipe 2, dan beberapa bentuk kanker. Penyakit-penyakit ini berkaitan dengan panjang telomer.

Baca juga: 4 Makanan Lezat Pengganti Junk Food

Marti dan rekannya pun melihat data kesehatan untuk hampir 900 orang berusia 55 tahun atau lebih yang memberikan sampel DNA pada tahun 2008 dan memberikan data rinci tentang kebiasaan makan mereka setiap dua tahun setelahnya.

645 pria dan 241 wanita dibagi rata menjadi empat kelompok, tergantung pada konsumsi makanan ultra-proses.

Mereka yang berada dalam kelompok asupan tinggi lantas ditemukan lebih cenderung memiliki riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular, diabetes, dan lemak darah abnormal.

Mereka juga mengonsumsi lebih sedikit makanan yang terkait dengan diet Mediterania, seperti minyak zaitun, buah-buahan, sayuran, dan kacang-kacangan.

Ketika dibandingkan dengan kelompok yang makan makanan ultra-proses paling sedikit, tiga kelompok yang mengonsumsi makanan ultra-prosses lainnya menunjukkan kemungkinan 29, 40, dan 82 persen lebih tinggi dalam memiliki telomer yang lebih pendek.

Meskipun studi ini menunjukkan korelasi yang kuat, para penulis juga mengingatkan bahwa hubungan antara makanan ultra-proses dan panjang pendeknya telomer masih spekulatif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com