Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB: Hampir 7 Juta Anak Terancam Stunting Akibat Pandemi Covid-19

Kompas.com - 03/08/2020, 07:23 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Krisis sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi virus corona berpotensi menyebabkan hampir tujuh juta anak mengalami stunting akibat kekurangan gizi, kata Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada Selasa, (28/07).

Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi.

Bahkan sebelum Covid-19 diperkirakan telah ada 47 juta balita yang mengalami penurunan berat badan dengan cepat (wasting) di tingkat sedang hingga parah yang sebagian besar tinggal di Afrika sub-Sahara dan Asia Tenggara.

Kini, akibat lockdown dan terganggunya rute bantuan vital dalam perdagangan internasional, PBB memperingatkan bahwa pandemi virus corona akan menciptakan "efek antar generasi" pada kesehatan jutaan manusia.

Baca juga: Selain Pandemi Covid-19, Anak Indonesia Juga Menghadapi Stunting

Dalam sebuah artikel pada jurnal medis The Lancet, tim ahli menunjukkan hasil estimasi pemodelan komputer tentang pasokan makanan di 118 negara miskin dan berpenghasilan menengah.

Hasilnya, mereka menemukan bahwa wasting akibat kekurangan gizi tingkat sedang hingga berat untuk anak di bawah usia lima tahun akan meningkat 14,3% atau setara dengan 6,7 juta kasus tambahan.

Wasting terjadi ketika tubuh kekurangan gizi akut sehingga otot dan lemak dalam tubuh mulai berkurang dengan cepat.

Skenario terburuk, 180.000 anak terancam meninggal

Sejumlah penelitian juga telah menunjukkan hubungan yang jelas antara wasting dengan kondisi kesehatan kronis dan parah di kemudian hari.

"Kekurangan nutrisi pada balita di fase awal kehidupan akibat dampak mendalam pandemi Covid-19 dapat menciptakan konsekuensi antar-generasi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak dan dampak seumur hidup pada pendidikan, risiko penyakit kronis dan pembentukan manusia secara keseluruhan," tulis para peneliti, sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Dalam permodelan tersebut, skenario terburuk akibat pandemi virus corona yaitu menyebabkan anak kecil kehilangan 50 persen asupan nutrisi dan layanan perawatan, dimana hampir 180.000 berpotensi meninggal dunia di tahun ini saja.

 

Sebagian anak-anak pengungsi, korban serangan Boko Haram di Bama, Nigeria timur laut, menderita kekurangan gizi akut. Setiap hari 30 orang mati akibat kelaparan dan penyakit di kamp pengungsi tersebut.MSF/BBC Sebagian anak-anak pengungsi, korban serangan Boko Haram di Bama, Nigeria timur laut, menderita kekurangan gizi akut. Setiap hari 30 orang mati akibat kelaparan dan penyakit di kamp pengungsi tersebut.

Wasting bertanggung jawab atas satu dari 10 kematian bayi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa pandemi akan membuat sekitar 140 juta orang masuk ke dalam kemiskinan ekstrem - yaitu, hidup dengan kurang dari 1,90 dollar AS atau Rp 27 ribu sehari.

Di negara-negara yang telah mengalami krisis kemanusiaan, UNICEF (Badan PBB untuk anak-anak) telah memperingatkan bahwa, hingga 100 persen layanan nutrisi penting dapat terganggu.

Baca juga: Pemenuhan Asupan Gizi Seimbang Jadi Kunci Cegah Stunting

Dalam sebuah surat terbuka yang ditandatangani oleh kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, tertulis bahwa kondisi ini dapat diminimalisir dampaknya, jika dilakukan penambahan anggaran bantuan minimal 2,4 miliar dollar AS untuk melindungi anak-anak yang berisiko.

"Kita harus melangkah maju bersama dengan tindakan yang berkelanjutan dan melakukan investasi pada nutrisi hari ini dan mengurangi dampak krisis Covid-19 dan potensi warisan antargenerasi terkait kelaparan dan kekurangan gizi pada anak-anak," katanya.
virus corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com