Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Pandemi Covid-19, Anak Indonesia Juga Menghadapi Stunting

Kompas.com - 11/07/2020, 20:04 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia kini sedang menghadapi perang melawan pandemi Covid-19.

Namun, pada saat yang sama, Indonesia juga masih menghadapi tantangan permasalahan gizi buruk, khususnya stunting yang dikhawatirkan akan jadi lebih buruk lagi akibat pandemi Covid-19 ini.

Menurut data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) tahun 2017, prevalensi stunting Indonesia menempati urutan kelima terbesar di dunia. Dari 159 juta anak yang stunting di seluruh dunia, 9 juta di antaranya tinggal di Indonesia.

Hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada tahun 2019 bahkan menunjukkan bahwa prevalensi stunting mencapai 27,67 persen. Artinya, setiap 10 anak Indonesia, ada 3 orang di antaranya yang mengalami stunting.

Baca juga: Pemenuhan Asupan Gizi Seimbang Jadi Kunci Cegah Stunting

Angka ini juga masih di atas batas yang disyaratkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 20 persen.

Untuk diketahui, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) akibat kekurangan unsur seng (Zn).

Peneliti Madya Bidang Kepakaran Pangan dan Gizi di Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna (P2TTG) Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), Dr Ainia Herminiati ST MSi, mengungkapkan, permasalahan gizi anak merupakan salah satu risiko dampak sosio-ekonomi terhadap anak-anak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19.

Bahkan, kata dia, 24 juta balita berisiko lebih tinggi mengalami kurang gizi atau gizi buruk selama masa pandemi Covid-19. Sementara itu, stunting juga menjadi persoalan pangan yang berkepanjangan.

Baca juga: Stunting Berisiko Anak Jadi Pendek, Kenali Penyebab dan Pencegahannya

Padahal, selain berperan bagi pemenuhan kebutuhan gizi dan tumbuh kembang anak, nutrisi harian dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seorang anak dan menentukan masa depan bangsa Indonesia.

"Maka, perlu adanya komoditas essensial yang kaya nutrisi untuk anak-anak yang dapat menyangga kebutuhan nutrisi mereka minimal selama dua bulan," kata Ainia dalam diskusi daring bertajuk Kolaborasi Danone SN Indonesia dan LIPI untuk Dukung Nutrisi Anak di Masa Pandemi, Kamis (9/7/2020).

Stunting itu erat kaitannya dengan kondisi balita Indoensia yang masih menderita kekurangan zat gizi mikro, di antaranya seperti vitamin A, zat besi (Fe) dan seng (Zn).

"Kekurangan zat besi menyebabkan anemia, kekurangan seng menyebabkan balita pendek (dan) stunting," ujarnya.

Baca juga: Kebersihan Sanitasi Berkaitan dengan Tingkat Stunting, Ini Sebabnya

Oleh karena itu, kata Ainia, perlu adanya upaya bersama baik itu dari pihak swasta maupun pemerintah untuk saling berkolaborasi mendukung tersedianya akses produk bernutrisi bagi anak-anak Indonesia.

Pasalnya, ketika satu dari tiga anak Indonesia mengalami stunting, maka ada potensi kerawanan daya saing sumber daya manusia (SDM) yang merupakan kerawanan bagi daya saing nasional secara keseluruhan.

Kompleksitas permasalahan stunting yang multidimensional pun menuntut penanganan yang tanggung jawab semua pihak, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com