Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/08/2020, 18:02 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Beberapa orang harus bersusah payah mengatur pola makan dan rutin berolahraga untuk mendapatkan bentuk tubuh yang diidamkan.

Namun ada tipe orang yang tidak gemuk atau bertambah berat badan, meski mereka tidak mengatur pola makan. Mengapa begitu?

Profesor nutrisi dan ilmu makanan dari University of Rhode Island, Kathleen Melanson, mengatakan bahwa kondisi ini disebabkan oleh banyak hal.

“Ada faktor genetik, nutrisi, dan perilaku. Ketiga faktor ini bersifat relatif pada tiap individu, sehingga hasilnya pun berbeda,” tutur Melanson seperti dikutip dari Live Science, Minggu (2/8/2020).

Baca juga: Mengapa Berat Badan Terus Naik Usai Melahirkan?

Salah satu faktor yang tidak memiliki hubungan dengan tipe tubuh, metabolisme, atau genetik adalah persepsi. Melanson mengatakan bahwa seseorang yang tampak makan banyak tanpa bertambah berat badan sesungguhnya tidak makan lebih banyak dibanding Anda.

Misal, seseorang yang mengonsumsi es krim setiap hari mungkin mengurangi konsumsi karbohidrat pada makanan lainnya.

“Terkadang jika Anda menghitung asupan kalori mereka, orang-orang ini tidak makan lebih banyak dibanding Anda,” tutur Dr Frank Greenway, Chief Medical Officer di Pennington Biomedical Research Center.

Aktivitas fisik juga menjadi pembeda untuk orang-orang ini. Namun, hal itu tidak sebatas olahraga fisik atau di gym.

“Beberapa orang hanya bergerak lebih banyak, meski mereka bukan atlet. Misal mereka memiliki profesi yang mengharuskan bergerak aktif, atau seorang ibu rumah tangga yang harus menjaga anak-anak berlarian sepanjang hari,” tutur Melanson.

Ilustrasi olahragaShutterstock Ilustrasi olahraga

Ada sebuah penelitian yang menyebutkan beberapa orang terlahir dengan kemampuan membakar kalori yang lebih cepat. Hal itu diungkapkan oleh Dr Ines Barroso, peneliti di University of Cambridge yang mempelajari obesitas dari sisi genetis.

Salah satu hormon paling penting yang berperan dalam rasa lapar adalah leptin. Hormon ini membantu untuk menentukan seberapa lapar kita untuk beberapa waktu mendatang.

Terlepas dari semua itu, faktor genetik sangat berperan dalam kecenderungan seseorang menambah atau mengurangi berat badan. Para peneliti telah mengidentifikasi lebih dari 250 DNA berbeda yang berhubungan dengan obesitas.

Baca juga: Gen Kurus Ditemukan, Potensi Terapi Baru Atasi Obesitas di Masa Depan

Dalam penelitian tersebut, para peneliti membandingkan 1.622 orang sehat dengan BMI (Body Mass Index) rendah terhadap 1.985 orang dengan obesitas parah dan 10.443 orang dengan berat badan normal.

Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa partisipan yang kurus memiliki lebih sedikit gen yang terkait dengan obesitas. Namun, gen saja tidak menentukan berat badan Anda.

“Kami tidak menemukan gen yang secara eksklusif melindungi dari obesitas atau membuat seseorang rentan obesitas,” tutur Barroso.

Baca juga: Studi Baru Buktikan Manfaat Teh Hijau Obati Lemak Hati pada Obesitas

Pada akhirnya, jawabannya adalah kecenderungan untuk menambah atau mempertahankan berat badan dipengaruhi oleh banyak faktor yang berada di dalam dan luar kendali kita.

“Namun, seseorang yang cepat bertambah berat badannya bukan berarti dirinya kurang mengontrol diri. Penilaiannya tidak sama antara satu orang dengan orang lain,” paparnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com